Camat Gondang Amat Susilo mengatakan, pagar lapangan voli Desa Kalikatir tidak akan dibuka untuk jalan bagi 3 keluarga yang terisolir. Dia berdalih, kebijakan pemerintah ini menjalankan kesepakatan warga setempat dalam musyawarah, Rabu (14/3) malam.
"Saat rapat warga banyak yang tak setuju pagar lapangan dibuka. Karena itu lapangan, dulu (sebelum pagar dibangun) kan untuk menjemur gabah dan menaruh material bangunan," kata Camat Amat saat dihubungi detikcom, Senin (19/3/2018).
![]() |
Saat ini, pagar lapangan desa yang mengisolir 3 keluarga masih tertutup rapat. Bedanya dengan sebelumnya, kini ada pagar besi selebar 80 cm di pagar setinggi lebih dari 1 meter tersebut. Pembongkaran ini sesuai hasil musyawarah antara korban, perwakilan warga Desa Kalikatir, pemerintah desa, camat dan Kapolsek Gondang.
Namun, pagar besi ini dikunci rapat oleh Pemerintah Desa Kalikatir. Pagar akan dibuka hanya jika ada keluarga Sarmin yang meninggal dunia. Karena pagar ini khusus untuk mengusung jenazah keluarga korban ke tempat pemakaman umum desa setempat.
Sama dengan sebelumnya, 3 keluarga yang terisolir tak mendapat akses jalan yang layak. Hanya celah selebar 60 cm antara rumah Kaslan dengan tetangganya yang bisa dilewati pejalan kaki. Kendaraan bermotor pun tak bisa masuk ke pekarangan rumah ketiga keluarga tersebut.
Bukannya mencarikan solusi, Amat justru menyalahkan para korban. Menurut dia, keluarga Sarmin, Kaslan dan Kodisun kurang ramah dengan tetangga sekitarnya. Dia menuding, sikap para korban itulah yang membuat tetangga sekitar enggan memberi akses jalan.
![]() |
"Ada konflik dengan tetangga yang masih keluarga. Karena keluarga (para korban) ini agak totok (watak keras kepala dan emosional, red)," ujarnya.
Lantaran warga sepakat pagar lapangan tak dibuka untuk jalan, kata Amat, maka satu-satunya solusi dengan memfungsikan kembali jalan yang lama. Jalan ini tertutup pagar belakang rumah keluarga Sarmin dan teras tetangga mereka Paining. Dulunya, jalan tersebut selebar 1,5 meter.
"Tinggal keihlasan Pak Sarmin dan Pak Kaslan untuk berdamai dengan tetangga, Bu Paining kan keberatan (terasnya dibongkar untuk jalan) karena pernah disakiti sama mereka (para korban). Namun, itu kan bisa diredam sama lurah (Kades Kalikatir)," ungkapnya.
Keluarga korban Likis Ninda Mufidah menampik tudingan Camat Gondang. Menurut dia, konflik dengan keluarga Paining terjadi pada masa lalu. Saat ini hubungan keluarganya dengan tetangga sekitar, sudah terjalin baik.
"Masalah ini bukan karena kerukunan tetangga, nyatanya saat tahlilan (meninggalnya nenek Likis Sutinah) selalu penuh, tetangga pada takziah, tidak ada apa-apa," terangnya.
![]() |
Dia menilai, tak kunjung adanya solusi dari pemerintah lantaran ada kaitannya dengan tambang batu di Desa Kalikatir. Pihaknya menuding pemerintah desa setempat sengaja menutup akses jalan lantaran keluarganya ikut memprotes pertambangan tersebut.
"Bu Paining tak mau terasnya dibongkar untuk jalan karena dia masih saudara Pak Carik (Sekretaris Desa sekaligus Penjabat Kades Kalikatir Kusnadi). Intinya mereka dendam dengan keluarga kami," tandasnya.
Pemerintah Desa Kalikatir membangun pagar lapangan voli pada April 2017. Pembangunan pagar ini membuat 3 keluarga yang tinggal di 2 rumah, terisolir. Pasalnya, selama ini para korban menggunakan lapangan sebagai akses ke jalan kampung.
Kedua rumah yang terisolir pagar lapangan Desa Kalikatir ini dihuni keluarga Sarmin (48)-Kasmiati (49), Kaslan (60)-almarhum Sutinah (50), mertua Sarmin, serta Kodisun (25)-Susiati (23), adik ipar Sarmin. (fat/fat)