Dalam video berdurasi 41 detik, tampak warga beramai-ramai mengangkat keranda berisi jenazah Sutinah menuju ke makam dengan lebih dulu melompati pagar lapangan desa. Padahal jarak rumah duka, hanya 50 meter dari makam.
Ya, hampir setahun, 2 rumah yang dihuni 3 keluarga ini tertutup pagar lapangan yang dibangun pemerintah desa setempat. Akibatnya, akses keluar masuk 3 keluarga yang dihuni Sarmin (48)-Kasmiati (49), Kaslan (60)-almarhum Sutinah (50) mertua Sarmin, serta Kodisun (25)-Susiati (23) adik ipar Sarmin, sangat terbatas.
"Mau dilewatkan celah sebelah rumah tak muat, jalan utama lewat lapangan ditutup pamong (Pemerintah Desa Kalikatir). Orang meninggal masa diinapkan," kata Likis Ninda Mufidah, cucu almarhum Sutinah kepada wartawan di rumahnya.
Celah antara rumah Kaslan dengan rumah tetangganya tak lebih dari 60 cm. Jalan sempit inilah yang menjadi akses satu-satunya bagi ketiga keluarga tersebut untuk menuju ke jalan kampung. Itu setelah April 2017 lalu, Pemerintah Desa Kalikatir menutup total jalan yang melalui lapangan voli.
![]() |
Pagar yang dibangun Pemerintah Desa Kalikatir ini mengelilingi lapangan voli yang merupakan tanah kas desa (TKD). Pagar ini menjadi pembatas antara pekarangan keluarga Sarmin dengan aset negara tersebut. Ujung barat pagar mepet dengan rumah warga, sedangkan ujung timur berbatasan dengan sungai.
Praktis pagar desa ini membuat ketiga keluarga tersebut terisolir. Satu-satunya jalan untuk keluar dari pekarangan rumah mereka, melalui celah selebar 60 cm antara rumah Kaslan dengan rumah tetangganya. Bagian belakang rumah Kaslan dan Sarmin juga tertutup pagar rumah warga lainnya.
Menurut 3 keluarga itu, pagar dibangun lantaran diduga setelah ikut melaporkan Kepala Desa saat itu (Sumaji) terkait penggalian batu di Sungai Kalikatir. Laporan ditujukan ke Polsek Gondang, Polres Mojokerto, hingga ke Polda Jatim.
Pelaporan ini dilakukan sekitar 2 bulan sebelum Pemerintah Desa Kalikatir membangun pagar lapangan yang menutup akses jalan di rumahnya. Pagar setinggi lebih dari 1 meter itu dibangun April 2017.
Sementara Penjabat (Pj) Kepala Desa Kalikatir Kusnadi kepada wartawan berdalih pembangunan pagar setinggi lebih dari 1 meter ini dilakukan dengan dalih untuk melindungi lapangan bola voli.
![]() |
"Masalahnya lapangan itu sebelumnya kumuh, dibuat ternak sapi, untuk jemur hasil panen, kondisinya rusak. Pemuda karang taruna meminta dibangun (pagar) untuk sarana olahraga, tak boleh untuk jalan, ini kesepakatan warga," kata Kusnadi.
Saat ditanya penutupan itu disebut-sebut sebagai upaya balas dendam Pemerintah Desa atas aksi protes sebagian warga yang menolak aktivitas tambang batu, Kusnadi dengan tegas menampiknya.
"Tak ada kaitannya, makanya nanti sore kami rapatkan," tegasnya. (fat/fat)