Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur (Dinkes Jatim) membeberkan data, terdapat ratusan kasus penyakit Difteri dan belasan di antaranya meninggal dunia sepanjang tahun 2017 dan 2018 ini.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Kohar Hari Santoso mengungkapkan, hingga bulan Februari ini ada 460 kasus dan 16 di antaranya meninggal dunia. "Nah, untuk peta lokasi, ada ratusan lokasi di tingkat Desa atau Kelurahan yang tersebar di 35 Kabupaten yang sudah menyatakan KLB Difteri," kata Kohar tanpa menyebut daerah mana yang kasus Difteri-nya tertinggi.
Kohar menuturkan, Dinkes Jatim telah melakukan upaya-upaya untuk mencegah kembali bertambahnya korban akibat penyakit Difteri. Satu di antaranya adalah dengan sosialisasi dan pencanangan ORI. Selain itu, lanjut Kohar, Dinkes Jatim juga menyiapkan dan mendistribusi logistik antara lain anti difteri serum (ADS) dan antibiotik serta vaksin DPT Hib, DT, Td.
"ADS itu diberikan secara spesifik ke kasus-kasus yang riskan, maka diberikan ADS," tuturnya.
Kohar menjelaskan Dinkes Jatim sampai saat ini juga belum mencabut status KLB Difteri atas banyaknya kasus tersebut. "Kami nilai situasinya ini, harus respon imunisasi ORI, evakuasi berkala, ORI-nya kapan bisa dihentikan, kapan KLB-nya aman kita nilai, kalau sudah tutun lagi KLB-nya dicabut," tuturnya.
Ditanya mengenai kasus Difteri yang ada di Lamongan, Kohar menyebut kalau status difteri di Lamongan masih kecil jika dibandingkan dengan daerah lain. "Kami strateginya sudah melakukan, komitmen tentang ORI, orang yang sakit harus diobati secara khusus agar tidak menular ke yang lain, rakyat harus di pahamkan, apa itu difteri dan bahayanya, imunisasi harus dioptimalkan," jelasnya.
Hingga tahun 2018, di Lamongan terdapat delapan kasus pasien suspect Difteri. Lima kasus ditemukan pada 2017 dan tiga kasus ditemukan pada 2018 hingga memasuki bulan Februari ini.
Dari delapan suspect ini, hanya satu pasien yang dinyatakan positif menderita difteri. Pasien yang positif difteri tersebut ditemukan kasusnya pada 2017 di daerah Paciran.
"Meski hanya ada satu suspect yang akhirnya positif difteri, sudah dianggap oleh pemerintah pusat sebagai KLB. Karena itu nantinya akan dilakukan tiga putaran Outbreak Response Immunization (ORI), yakni pada bulan Februari, Juli dan Nopember 2018," kata Kepala Dinas Kesehatan Lamongan Taufik Hidayat.
Taufik menyebut, target ORI di Lamongan sebanyak kurang lebih 317.000 anak usia 0-19 tahun dan imunisasi tersebut diberikan secara gratis. Ditanya soal skema pendanaannya, Taufik menyampaikan, sebanyak 50 persen dibiayai oleh pemerintah pusat dan 50 persen oleh Pemkab Lamongan.
"Jika di luar usia tersebut ingin imunisasi, dapat dilakukan dengan biaya sendiri," katanya menambahkan.
Acara sosialiasasi dan pencanangan ORI ini sendiri dihadiri kurang lebih 350 peserta yang terdiri dari Kepala OPD, Camat, Muspika, Kepala UPT Puskesmas serta unsur PPAI dan tokoh masyarakat. Selain itu, acara ini juga mendatangkan narasumber dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur dan juga dokter spesialis anak dari RSUD dr Soegiri Lamongan. (iwd/fat)