Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Sungai dan Pantai II BBWS Brantas Jatim, Riyanto menyatakan, realisasi normalisasi hanya menunggu anggaran saja.
"Sudah sejak Juni kami rencanakan. Proses tender dan lelang juga sudah selesai. Ini tinggal menunggu persetujuan anggaran yang kami ajukan ke pusat sebesar Rp 194 miliar," kata Riyanto saat dihubungi, Sabtu (25/11/2017).
Dana itu, tambahnya, selain untuk mengeruk juga untuk pembangunan penguatan pinggiran sungai dan pengurangan sedimentasinya. Rencana normalisasi Sungai Unut, sempat diungkapkan Bupati Blitar, Rijanto, saat banjir di Kelurahan Sutojayan, 12 Februari 2017 lalu.
Baca Juga: Derita 'Pelanggan' Banjir di Blitar dan Janji Bupati Rijanto
"Saya sudah menghadap Menteri PU akhir tahun lalu dan Alhamdulillah upaya ini ada hasilnya. BBWS Brantas akan melakukan normalisasi," jelas Rijanto.
Normalisasi itu berupa pengerukan pasir dan lumpur yang membuat dangkal aliran sungai. Selain itu juga dibangun brongsong batu dari hulu sampai hilir Sungai Unut. Sungai Unut sepanjang 3 km, melingkar melewati Kelurahan Sutojayan, Desa Bacem dan Desa Gondanglegi Kecamatan Sutojayan.
Sungai itu merupakan muara dari tiga sungai di sekitarnya. Terdeteksi, ada 7 titik rawan jebol terjadi di aliran sungai yang posisinya menikung dari timur ke selatan. Selain itu, jebolnya tanggul juga dipicu melubernya lumpur dari dua bukit di sebelah selatan sungai itu.
Bukit Tumpak Suru Desa Margomulyo dan Bukit Jurang Kendil di Kecamatan Panggungrejo, adalah dua bukit yang berperan mendangkalkan Sungai Unut. Lapisan tanah dan lumpur yang tergerus hujan, akan meluncur ke bawah bermuara di aliran Sungai Unut. Di kemiringan sekitar 45 derajat, masyarakat membuka ladang yang ditanami palawija. Alih fungsi lahan Jati berubah ke palawija, membuat akar tanaman tidak kuat menahan tanah saat hujan deras tiba. (fat/fat)











































