Pasar Benpas di Jalan Benteng Pancasila terdiri dari dua blok. Sisi timur adalah blok Joko Sambang yang berisi 127 kios. Sementara sisi barat blok alun-alun berisi 236 kios.
"Di Pasar Benpas ini tak ada fasilitas hydrant, sejak dibangun memang tak ada," kata Ketua Paguyuban Pedagang Joko Sambang Muhammad Nur Kholik saat berbincang dengan detikcom di lokasi kebakaran, Senin (25/9/2017).
Kholik menjelaskan, blok Joko Sambang baru ditempati tahun 2012. Para pedagang berasal dari Pasar Joko Sambang. Sedangkan blok alun-alun ditempati tahun 2013 menampung para PKL di kawasan alun-alun.
Banyaknya jumlah pedagang, membuat kondisi Pasar Benpas penuh sesak. Setiap kios hanya seluas 2x3 meter, berhimpitan satu sama lain. Ironisnya, kondisi yang padat itu tak ditunjang dengan sarana pengaman seperti hydrant.
"Padahal hydrant sangat penting untuk penanganan cepat kalau terjadi kebakaran," ujarnya.
Meski blok Joko Sambang tak ikut terbakar, Kholik berharap Pemkot Mojokerto segera membangun hydrant. "Saat membangun ulang blok alun-alun juga harapannya diberi hydrant," cetusnya.
Tak adanya hydrant di Pasar Benpas membuat warga kebingungan memadamkan api saat kebakaran melanda blok alun-alun Jumat (22/9) jelang tengah malam.
Seperti yang dikatakan Sokran, penjaga pasar yang pertama kali melihat kebakaran di salah satu kios. Di tengah kepanikan, dia memilih melapor ke polisi dan Satpol PP lantaran tak ada fasilitas untuk memadamkan api. Dengan cepat api menjalar ke ratusan kios lainnya.
"Warga hanya bisa pakai air dari ponten dengan timba untuk memadamkan api," jelasnya.
Kebakaran hebat yang melanda Pasar Benpas di Jalan Benteng Pancasila, Kota Mojokerto itu menghanguskan 230 kios pedagang. Barang dagangan berupa pakaian, sandal-sepatu, makanan, minuman, mainan anak-anak hangus dilalap api. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini