Pantauan detikcom salat Idul Adha yang digelar di Masjid Nurul Huda, Dusun Sana, Desa Pingkuk Kecamatan Bendo, dimulai pukul 06.45 WIB, berlangsung khusyu'. Di depan halaman masjid tampak 5 kambing dan 1 ekor sapi yang akan disembelih usai salat Idul Adha.
Aliran ini memiliki pedoman tersendiri dalam menghitung penanggalan Islam. Selisih penanggalan mereka dengan penanganan Islam milik pemerintah, bisa berbeda 1-2 hari.
"Ya aliran ini sudah ada sebelum 1987 lalu dan pengikutnya sekitar 3 ribu lebih. Salatnya (Idul Adha) kita arahkan di wilayah masing-masing. Patokan kita memakai tahun alip Rabo Wage dalam istilah Kawa," tutur Kyai Imam Mahdi, Pimpinan Toriqoh Satyoriah Kabupaten Magetan kepada detikcom di lokasi, Minggu (3/9/2017).
![]() |
Menurut Imam Mahdi, masyarakat sekitar menyebut aliran tersebut adalah aliran aboge. Namun mereka lebih senang disebut aliran Toriqoh Satyoriah. Pengikutnya pun dari berbagai kalangan. Seperti perangkat desa termasuk kades, bahkan ada juga dari anggota kepolisian.
"Ada banyak perangkat desa, polisi dari Magetan dan Madiun pun juga ada ikut salat Idul Adha juga," ungkap Imam Mahdi.
Sementara itu Kades Pingkuk Ajis Santoso membenarkan ada ratusan warganya aru melaksanakan salat Idul Adha. Kepercayaan mereka ini telah diketahui pihak muspika dan muspida.
"Ya itu keyakinan mereka baru hari ini melaksanakan salat idul adha," jelas Ajis.
Usai salat Idul Adha jemaah melanjutkan dengan tasyakuran makan bersama dari tumpeng yang dibawa sendiri. Tampak juga petugas kepolisian dari Polsek Bendo memantau jalannya salat Idul Adha. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini