Upaya mempercantik desa ini di antaranya dengan membuat mural dan juga pojok selfie di desa ini. Ini dikerjakan oleh masyarakat desa setempat dan Universitas Islam Lamongan (Unisla).
"Mural yang kami buat masih seputar keberagaman yang hidup berdampingan dengan damai di desa ini," kata Hafid Pratama, salah satu mahasiswa Unisla yang saat ini menggelar KKN tematik, Selasa (22/8/2017).
Hafid mengaku, untuk mempercantik Desa Pancasila ini, dia dan mahasiswa lainnya membuat mural yang menjadi penegasan terhadap keberagaman yang ada di desa Balun. Mural-mural tersebut, kata Hafid, tersebar di 27 titik di Desa Balun.
Dikatakan oleh Hafid, pembuatan mural di 27 titik di Lamongan ini merupakan salah satu bagian dari beberapa program untuk mempercantik Desa Balun. Tak hanya mural, upaya memperindah Desa Balun dengan membuat pojok selfie. Ini juga untuk menarik minat para pengunjung untuk berswafoto.
![]() |
"Jadi selain bisa selfie di Desa Pancasila, kita juga menyediakan pojok selfie untuk pengunjung di pintu masuk desa," terangnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Minahul Mubin, salah seorang pengajar Unisla. Menurutnya, desa Balun sudah sejak lama dikenal menjadi Desa Pancasila. Adanya KKN tematik ini diharapkan bisa mengangkat kembali pamor desa, minimal lebih dikenal masyarakat luas.
"Prasyarat untuk menjadikan desa Balun sebagai desa wisata sudah ada sejak lama," kata Mubin yang mengagumi keberagaman dan kerukunan antar umat beragama di desa ini.
Selain mempercantik desa Pancasila ini, lanjut Mubin, pihaknya juga akan membuat website desa yang bisa diakses oleh semua orang tentang desa ini. Website Desa Pancasila ini, kata Mubin, akan diisi dengan informasi terkini tentang desa. "Kami juga berencana untuk mengajak perangkat dan pemuda desa ini untuk studi banding ke desa lain yang sudah terlebih dahulu dikenal sebagai desa wisata," terangnya.
Desa Balun yang berada di 1 km dari jalur poros Lamongan-Surabaya ini sejak lama sudah dikenal luas sebagai Desa Pancasila. Nuansa kebersamaan dan toleransi para warga desa sudah ada jauh mengakar di antara para pemeluk agama di desa ini.
Tiga agama, yakni Islam, Kristen dan Hindu hidup berdampingan dengan damai dan rumah ibadah masing-masing umat ini pun berdampingan. Di Desa Balun yang terdiri dari 10 rukun tetangga (RT) hingga kini belum terdengar adanya konflik karena sentimen agama.
"Kami hidup berdampingan satu sama lain, tetangga maupun saudara ada yang berbeda agama tak jadi masalah buat kami," kata Harminto, salah seorang warga Desa Balun. (fat/fat)