Pada 14 Juli 2025, Bitcoin kembali memecahkan rekor harga tertingginya sepanjang masa: 123 ribu dolar Amerika Serikat, atau hampir Rp 2 miliar, per koinnya. Mata uang kripto pertama yang diciptakan oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2008 ini telah menjadi fenomena global, yang kemudian memicu polemik tentang teknologi, ekonomi, dan investasi. Terutama, tentang pro-kontra yang menyatakan bahwa Bitcoin merupakan zero-sum game.
Untuk memahami Bitcoin secara mendalam, penting untuk mengeksplorasi prinsip-prinsip yang mendasarinya serta mengevaluasi apakah Bitcoin dapat dikategorikan sebagai zero-sum game.
Lewat kolom ini, saya akan membahas teknologi blockchain sebagai dasar Bitcoin, mekanisme ekonomi yang menggerakkannya, dan analisis apakah Bitcoin merupakan zero-sum game.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Underlying Bitcoin
Bitcoin beroperasi di atas teknologi blockchain, sebuah buku besar digital terdesentralisasi yang mencatat semua transaksi secara transparan dan tidak dapat diubah. Blockchain terdiri dari blok-blok yang berisi data transaksi, dihubungkan secara kronologis melalui hash kriptografis.
Keamanan blockchain dijamin oleh algoritma konsensus Proof-of-Work (PoW), di mana para penambang (miners) memecahkan masalah matematika kompleks untuk memvalidasi transaksi dan mendapatkan hadiah berupa Bitcoin baru.
Proses ini tidak hanya memastikan integritas jaringan, tetapi juga mengendalikan emisi Bitcoin, yang dibatasi hingga 21 juta koin untuk mencegah inflasi.
Selain itu, Bitcoin juga mengandalkan kriptografi untuk menjaga keamanan. Setiap pengguna memiliki pasangan kunci publik dan privat yang memungkinkan mereka mengirim dan menerima Bitcoin secara aman tanpa perantara seperti bank.
Desentralisasi ini menghilangkan kebutuhan akan otoritas pusat, memberikan kebebasan finansial kepada pengguna, tetapi juga menimbulkan tantangan seperti volatilitas harga dan risiko keamanan.
Prinsip ekonomi Bitcoin didasarkan pada kelangkaan buatan dan mekanisme pasar. Dengan pasokan yang terbatas, nilai Bitcoin sangat dipengaruhi oleh permintaan pasar. Ketika adopsi meningkat, seperti yang terlihat pada lonjakan harga tahun 2017 dan 2021, nilai Bitcoin cenderung naik. Namun, faktor eksternal seperti regulasi pemerintah atau sentimen pasar dapat menyebabkan fluktuasi harga yang signifikan.
Apakah Bitcoin Zero-Sum Game?
Zero-sum game adalah situasi di mana keuntungan satu pihak sama dengan kerugian pihak lain, sehingga total keuntungan dan kerugian selalu nol. Untuk menentukan apakah Bitcoin termasuk dalam kategori ini, kita perlu menganalisis dinamika investasi dan penggunaannya.
Sekilas, perdagangan Bitcoin di pasar spekulatif tampak seperti zero-sum game. Ketika seorang investor membeli Bitcoin dengan harga rendah dan menjualnya dengan harga tinggi, keuntungan mereka berasal dari kerugian pihak lain yang membeli pada harga tinggi atau menjual pada harga rendah.
Dalam konteks ini, perdagangan jangka pendek di bursa kripto mirip dengan perdagangan saham atau komoditas, di mana redistribusi kekayaan terjadi tanpa menciptakan nilai tambah secara langsung.
Namun, melihat Bitcoin hanya sebagai aset spekulatif adalah pandangan yang sempit. Bitcoin memiliki utilitas sebagai alat tukar, penyimpan nilai, dan alternatif sistem keuangan tradisional.
Ketika digunakan untuk transaksi, seperti pembayaran lintas batas dengan biaya rendah, Bitcoin menciptakan nilai ekonomi dengan mengurangi ketergantungan pada perantara keuangan yang mahal.
Selain itu, adopsi Bitcoin oleh perusahaan seperti Tesla (pada 2021) atau negara seperti El Salvador, sebagai store of value, juga menunjukkan bahwa Bitcoin dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang lebih luas, bukan hanya redistribusi kekayaan.
Selanjutnya, proses penambangan Bitcoin tidak sepenuhnya zero-sum. Penambang menginvestasikan sumber daya (listrik, perangkat keras) untuk memvalidasi transaksi dan menerima hadiah.
Hadiah ini berupa Bitcoin baru yang memasuki peredaran, menciptakan nilai tambah bagi jaringan. Meskipun persaingan antarpenambang bersifat kompetitif, hasilnya adalah keamanan jaringan yang menguntungkan semua pengguna.
Bitcoin Bukan Mutlak Zero-Sum Game
Bitcoin didasarkan pada teknologi blockchain, konsensus Proof-of-Work, dan prinsip kelangkaan yang menciptakan sistem keuangan terdesentralisasi. Meskipun aspek spekulatif trading Bitcoin dapat dianggap sebagai zero-sum game, utilitas Bitcoin sebagai alat tukar dan penyimpan nilai menunjukkan bahwa ia memiliki potensi untuk menciptakan nilai ekonomi di luar redistribusi kekayaan. Oleh karena itu, Bitcoin tidak dapat dikategorikan secara mutlak sebagai zero-sum game.
Seiring dengan perkembangan adopsi dan regulasi, peran Bitcoin dalam ekonomi global kemungkinan akan terus berevolusi, menawarkan peluang sekaligus tantangan baru.
Mempersiapkan diri untuk menyambut peluang dan menghadapi tantangan baru ini, sejatinya, jauh lebih penting daripada sekadar memperdebatkan apakah Bitcoin termasuk zero-sum game atau tidak.
Edwin Dianto. Pemerhati Teknologi & Ekonomi Digital, Content Writer, Blogger asal Jember.
Simak juga Video: Harga Bitcoin Sentuh Rp 1,8 M, Apa Penyebabnya?
(rdp/rdp)