Sehari-hari, sang ibu, Sumarni (41) hanyalah penjual kopi di Jalan Wahid Hasyim, Kecamatan Genteng. Sumarni juga menjual Nasi Tempong dan Ketan untuk menambah pendapatannya.
"Dari sini kami bisa menghidupi keluarga dan Josi. Alhamdulillah cukup. Tapi untuk biaya operasi kami tidak punya," ujar Sumarni saat didatangi detikcom di warungnya, Kamis (3/8/2017) malam.
Sejak sore sekitar pukul 05.00 Wib, Sumarni membuka warungnya di pinggir trotoar. Sebelumnya, dia harus menarik gerobaknya dengan motor.
![]() |
"Sehari dapat Rp 75 ribu. Ya mulai sore sampai subuh. Kalau saya jualan, Josi sama neneknya. Biasanya kalau malam minggu saja ikut kesini," tambahnya.
Terkait rencana operasi Dwi Josi, Sumarni mengaku memiliki tabungan. Namun tak mungkin bisa memenuhi seluruh biaya operasi anak keduanya ini. Dirinya berharap pemerintah Kabupaten Banyuwangi mau membantu pengobatan kelainan anaknya yang membutuhkan dana hingga ratusan juta rupiah.
Kelainan yang dialami Dwi Josi, siswi kelas VI SDN VI Genteng Kulon, yakni tidak memiliki kelamin dan anus sejak lahir. Kasus ini sangat jarang ditemui di dunia medis. Untuk penanganannya harus ditangani tim terpadu. Dwi Josi bisa dioperasi setelah memiliki bobot ideal 20 kg, sementara saat ini berat badannya masih 16 kg.
Sementara Dinas Kesehatan Banyuwangi terus melakukan pengawasan dan pendampingan terhadap Dwi Josi. Pendampingan berupa pemberian nutrisi dan gizi serta pencegahan dari infeksi. (fat/fat)