"Menjelang lebaran, kan banyak paket-paket 'produk' hari raya yang dijual ke masyarakat. Kita akan mengawasi produk yang halal dan konsepnya Halalan Thoyiba," kata Ketua Dewan Pembina IHW Jawa Timur Aris Sugihartono, Sabtu (3/6/2017).
Indonesia Halal Watch adalah lembaga yang dibetuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk mengawasi, khusus untuk memastikan keberadaan label halal, baik yang sudah tersertifikasi menggunakan label halal maupun belum. IHW Jatim diresmikan oleh Ketua MUI Ma'ruf Amin pada tahun 2016. Dan terus konsolidasi serta pembentukan IHW tingkat kabupaten dan kota se Jawa Timur.
"Semua produk kita awasi kehalalannya. Produk yang ada label halal tapi sudah expired, juga kita ambil samplingnya. Karena konsep halalan thoyiba adalah produk yang halal dan baik. Kalau kadaluarsa, berarti kan produknya tidak baik," terangnya.
Anggota Dewan Pembina IHW Jawa Timur Mas'ud Sujadi menambahkan, selama ramadan ini, setiap daerah diterjunkan dua pengawas, untuk mengawasi dan mengambil sampel produk-produk yang beredar di toko modern, supermarket, pasar tradisional hingga restoran.
Sampel-sampel tersebut akan diuji ke LPPOM MUI dan Balai Besar POM di Surabaya. Jika terbukti ada pelanggaran, maka akan diberikan teguran dan bekerja sesuai dengan kewenangannya.
"Kalau ada pelanggaran, kita akan berikan teguran. Apa yang kami lakukan sesuai dengan kewenangan kami," kata Mas'ud.
Tiga hari sejak bulan ramadan, petugas sudah terjun ke lapangan untuk melakukan pengawasan. Sampai hari ini, pihaknya belum mendapatkan laporan yang berarti.
"Belum ada laporan yang berarti. Tapi kami tetap turun ke lapangan," tandasnya, sambil menambahkan, IHW Jatim masih terus konsolidasi dan diharapkan seluruh kabupaten dan kota terbentuk IHW. (roi/fat)