Sejak 2013 lalu, ditengah kesibukkannya membangun Kabupaten Trenggalek, suami Arumi Bachsin ini diterima menjadi salah satu mahasiswa untuk program S-2, yang memberikan persyaratan ketat.
"Unik menurut saya, program ini mewajibkan dua syarat, pertama memiliki kemampuan akademik setara mahasiswa Oxford dan pengalaman kerja mumpuni di lembaga kredibel. Syarat itu ternyata saya memenuhi, karena menjabat Executive Vice President di PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia," terang Emil saat berbincang dengan detikcom usai menjadi inspirator dalam Shaping The Future in Passionate Ways di kampus Universitas Negeri Malang, Rabu (3/5/2017).
Sebagai peserta muda, Emil tidak menyiakan kesempatan itu. Apalagi, aturan perusahaan memberikan jaminan biaya selama mengenyam pendidikan.
"Menambah jaringan dari alumni, itu yang saya cari. Selain sisi keilmuan memadukan bidang bisnis serta kebijakan pemerintah. Dan ini merupakan program baru dari Perdana Menteri Inggris," kata peraih S-2 dan S-3 Ritsumeikan Asia Pasific University, Jepang, ini.
Selama menimba ilmu di Oxford, Emil telah banyak menerima pengalaman, termasuk untuk mengubah pandangan terkait dunia usaha, yang nantinya diaplikasikan saat membangun Trenggalek.
"Sisi keilmuan memberikan perpekstif hubungan antara pemerintah dan swasta. Yang saling berkaitan, bila dipadukan akan membawa dampak luar biasa," sebut Emil.
Dia pun menjelaskan, arti dari hubungan tersebut. Bahwa telah banyak terjadi mega proyek dibangun justru membawa masalah baru. Seperti durasi waktu yang melebihi alias molor, menyangkut ketersediaan anggaran, belum lagi pro kontra di masyarakat.
"Dengan program itu, kita diberikan pandangan bahwa manajemen proyek bukan hanya mekanik tetapi humanik. Kenapa pembangunan bendungan molor, dana olimpiade membengkak, misi luar angkasa NASA bisa gagal. Semua dipelajari dengan menggabungkan manajemen corporate sebagai langkah alternatif pencegahan," jelasnya.
Ditambahkan, bahwa program perpaduan manajemen corporate dengan kebijakan pemerintah ini, bisa meminimalisir masalah-masalah yang biasa terjadi.
Sebuah proyek pembangunan, bukan hanya bicara pengeluaran (output) melainkan juga manfaat yang akan dirasakan.
"Intinya jangan menggangap remeh sebuah masalah. Meski hanya bekerja selama 5 tahun, katakan begitu dalam menjalankan sebuah proyek. Manajemen corporate bisa diterapkan, membangun kekompokkan SDM demi sebuah manfaat yang besar," terangnya.
Saat menjadi inspirator Shaping The Future In Paasionate Ways dengan peserta mahasiswa di seluruh perguruan tingi di Malang Raya, Emil juga menyampaikan impiannya membawa Trenggalek sebagai daerah maju di pesisir selatan antara Yogyakarta dengan Malang Raya (Kabupaten/Kota Malang, Kota Batu)
"Membangun bukan sendiri tetapi harus bersama-sama. Saya mau tunjukkan Indonesia bisa dibangun dari daerah," ucap Emil. (bdh/bdh)