"Saya sudah hampir satu bulan tidak melaut karena ombak besar. Untuk kebutuhan ya terpaksa cari utangan dulu. Sebagian perabot, seperti piring, sudah saya jual. Bahkan, sepeda motor saya juga sudah digadaikan," kata Yanto (45), nelayan pesisir Desa Kilensari, Kecamatan Panarukan, Kamis (9/2/2017).
Bukan hanya nelayan di pesisir Kecamatan Panarukan saja. Hal serupa juga dialami nelayan di berbagai daerah pesisir lainnya. Para nelayan terpaksa tidak melaut, karena angin kencang disertai gelombang setinggi 2 hingga 3 meter masih sering terjadi di perairan laut Situbondo.
"Ini benar-benar masa paceklik bagi nelayan. Istilah di sini, ini masa 'langsar'. Artinya 'lang-elang' (perabot sejenis panci susun, red) dibawa ke pasar. Apalagi kalau bukan untuk dijual atau digadaikan. Kalau tidak begitu, dari mana mau dapat uang untuk cukupi kebutuhan," tandas Abdul Mughni, nelayan asal pesisir Keperan, Kecamatan Mangaran.
Pengamatan detikcom menyebutkan, para nelayan Situbondo banyak memilih menambatkan perahunya di tepi-tepi pantai. Mereka hanya melakukan aktivitas ringan di tepi pantai. Ada yang membenahi alat tangkap ikannya, membersihkan dan memperbaiki perahu motornya, dan sebagainya.
"Tiap hari kami selalu mengupdate prakiraan cuaca dari BMKG Surabaya. Beberapa hari terakhir ini, ombak di laut utara Situbondo ini memang cukup tinggi, bisa mencapai 3,5 meter. Jadi kami memang mengimbau kepada para nelayan agar tidak melaut dulu, sampai cuaca memungkinkan. Ini semua demi keselamatan," papar Kepala Pelaksana BPBD Situbondo, Taufik Hidayat. (fat/fat)