Tak peduli usia mereka dewasa atau anak-anak. Dengan peralatan sederhana seperti jala dan tongkat kayu, mereka beradu cepat menangkap satu persatu belalang yang hinggap di pohon jati. Tak sedikit dari mereka yang harus berlarian di sekitar hutan untuk menangkap belalang. Momen unik ini hanya bisa dinikmati saat musim tertentu saja, yaitu sekitar Januari hingga Mei.
Sebagian dari warga mengakui jika kegiatan unik ini gampang-gampang susah untuk dilakoni. Tapi bagi yang sudah mahir menangkap belalang coklat itu, mereka hanya perlu menangkap dengan menggunakan tangan kosong.
"Gampang-gampang susah nangkap belalang ini. Kalau hinggapnya agak ke dahan ya perlu pakai jala atau tongkat, tapi kalau nempel di daun atau rumput ya cukup ditangkap pakai tangan. Harus cepat nangkapnya," kata Suyitno, warga Desa Kalipait, Sabtu (4/2/2016).
Untuk berburu belalang, tak heran para warga itu harus menghabiskan waktu hingga berjam-jam. Tak sedikit pula dari mereka yang rela mencari belalang dari pagi hingga malam hari. Eits, tapi jangan salah, hasilnya cukup memuaskan. Dari hasil tangkapan mereka, ada yang sebagian dijual dan dibawa pulang dan disajikan sebagai tambahan lauk pauk di rumah.
Menurut Suyitno, satu orang mampu mengumpulkan sekitar 300 hingga 500 ekor belalang per hari. Banyak juga warga yang memilih untuk menjual. Per 100 ekornya, belalang-belalang kayu ini dihargai Rp 17.500.
"Dijual juga, lumayan bisa dapat Rp 50-100 ribu rupiah, tapi ya sebagian dibawa pulang, dimasak terus dimakan bareng sama keluarga dirumah," jelas Suyitno tersenyum. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini