Ini Cara Warga Rusun Romo Kalisari Sejahterakan Hidup

Ini Cara Warga Rusun Romo Kalisari Sejahterakan Hidup

Imam Wahyudiyanta - detikNews
Selasa, 24 Jan 2017 10:56 WIB
Foto: Imam Wahyudiyanta
Surabaya - Warga Rusun Romo Kalisari melalui Kelompok Tani Suara Pesisir telah melakukan panen lele perdana, Minggu (23/1/2017). Kelompok bersama ini benar-benar ingin membantu sesama khususnya warga Rusun Romo Kalisari.

"Warga rusun ingin mencari penghasilan tambahan. Mereka sudah kerja, tetapi ingin mendapatkan penghasilan lagi," ujar Ketua Kelompok Tani Suara Pesisir, Sunardi, kepada detikcom, Selasa (24/1/2017).

Selain itu, kata Sunardi, masih ada penghuni rusun yang tidak bekerja. Sebagian lagi juga sudah lansia yang mereka sudah kurang kuat lagi untuk bekerja secara teratur. Namun, Sunardi tak mudah untuk membentuk kelompok ini pada awalnya. Hanya enam orang yang tertarik.

"Kami membentuk kelompok ini pada Juli 2016 lalu. Awalnya kami hanya berenam," kata Sunardi.

Jumlah sedikit tak membuat Sunardi dan kawan-kawan ciut. Kelompok ini memang mendapat bantuan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Surabaya. Awalnya kelompok ini memelihara kambing. Ternak kambing berjalan baik dengan sejumlah kambing berada di dalamnya. Kandang berada di sisi selatan Rusun dekat dengan laut.

Namun Sunardi berpikir bahwa ternak kambing memang bagus dan juga mempunyai prospek. Tetapi jangka waktu bagi kambing untuk menghasilkan keuntungan terbilang cukup lama. Sunardi dan kawan-kawan kemudian memutuskan untuk mencari kegiatan yang lain.

"Tercetuslah ide memelihara lele. Kebetulan saya pernah berkecimpung dalam hal ikan. Lagi pula pemeliharaan lele lebih mudah," kata Sunardi.

Sunardi adalah warga Cerme, Gresik. Dia pernah bekerja di pertambakan ikan di Gresik. Setidaknya pengalamannya di dunia pertambakan akan sangat membantu di dalam budi daya lele nantinya. Proposal pun dibuat dan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian menyetujuinya.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Joestamadji pada awalnya ingin membanu dengan membuat kolam lele menggunakan media terpal. Tetapi niat itu diurungkannya karena kurang ekonomis.

"Terpal bisa rusak 2-3 tahun," kata Joestamadji.

Setelah melihat pameran aquatic di Surabaya beberapa waktu lalu, Joestamadji tertarik pada sistem pemeliharaan ikan menggunakan wadah yang terbuat dari fiber. Selain tempatnya yang lifetime (awet), hasil panennya pun dikatakan lebih banyak dari pada memelihara lele dengan sistem kolam konvensional.

Sistem kolam fiber itu pun disetujui Kelompok Tani Suara Pesisir. Enam kolam fiber bundar pun dipasang. Kolam fiber berwarna biru itu mempunyai ukuran diameter 2 meter dan tinggi 1,2 meter. Kolam itu didirian di dekat kandang kambing dan diberi peneduh. Sistem sirkulasi untuk kolam juga dibuat.

Dengan bantuan dari pendamping yang ahli dalam sistem tersebut, Kelompok Tani Suara Pesisir mulai memelihara lele. Awalnya 12 ribu benih lele disebar dalam satu kolam yang berisi 3.000 liter air. Setelah 2-3 minggu, lele yang masih anakan itu disortir menurut ukuran besar tubuhnya. Lele yang mempunyai ukuran sama besar dimasukkan ke kolam lain.

"Meski saat dimasukkan besarnya sama, namun dalam pertumbuhannya, ukuran tubuh lele tidak sama," kata Sunardi.

Setiap hari, lele diberi makan pakan lele (pelet) tiga kali sehari. Dan setiap hari kotoran lele dibuang. Kotoran lele terpusat pada tengah kolam sehingga cukup mudah untuk membuangnya. Usaha ini bukan tanpa ada kendala.

Posisi Rusun Romo Kalisari yang dekat dengan laut membuat air tanah bercampur dengan air laut (payau). Karena itu air tanah tak bisa digunakan untuk memelihara lele. Satu-satunya cara saat ini adalah membeli air dari mobil tangki.

"Air yang beli dari mobil tangki memang dibelikan oleh Dinas Pertanian. Namun ada kalanya kebutuhan air mendesak sehingga kami harus urunan untuk membeli air tangki," lanjut Sunardi.

Satu tangki air dibeli seharga RP 120 ribu. Air tersebut bisa digunakan untuk 4-5 hari guna sirkulasi air. Dengan telaten kelompok tani ini memelihara lele mulai dari memberi pakan hingga mengurusi sirkulasi air. Sirkulasi air sangat penting karena berhubungan dengan ketahanan hidup lele.

Sehari saja kotoran lele tidak dibuang melalui sirkulasi air, maka lele akan menuju ke atas mencari udara segar. Jika kotoran tetap tidak dibuang, maka satu persatu lele akan mati. Sistem sirkulasi air yang baik juga akan meminimalkan lendir pada lele yang membuatnya tidak amis.

Setelah memeras keringat selama tiga bulan, kelompok tani ini mendapatkan hasilnya. Pada Minggu (22/1/2017) kemarin, lele dipanen perdana. Ada empat kolam yang bisa dipanen dengan lele ukuran sedang hingga besar.

"Tingkat keberhasilan kami 80 %," tambah Sunardi.

Hasil panen kemarin, kata Sunardi, mencapai 600 kg. Hasil yang baik untuk permulaan. Pemasaran lele, lanjut Sunardi, dilakukan oleh warga rusun sendiri. Mereka menjualnya secara langsung ke pasar atau diedarkan ke warga dengah harga Rp 18-20 ribu per kilo.

"Dengan sistem yang kami gunakan, hasil lele kami ini tidak amis karena tidak banyak lendir. Kepala lele kami juga tidak besar, tidak seperti lele yang lain," terang Sunardi.

Hasil penjualan ikan direncanakan oleh Sunardi dan kawan-kawan hendak diputar lagi untuk membudidayakan lele lagi dan sisanya masuk ke kas. Tapi kali ini Sunardi hendak mencari bibit lele yang lebih unggul. Kelompok tani ini juga sudah mempunyai koperasi dengan nama Koperasi Anugerah Artha Sentosa.

Sunardi berharap warga Rusun Romo Kalisari bisa mendapat penghasilan tambahan dengan kegiatan ini. Atau jika menjanjikan, maka kegiatan ini justru akan menjadi pekerjaan utama. Sunardi sendiri merelakan pekerjaannya sebagai pekerja konstruksi bangunan agar perhatiannya lebih tercurah pada kelompok tani.

"Anggota kami sekarang 45 orang. Kami berharap kolam-kolam lele kami bisa bertambah agar lebih bermanfaat bagi warga rusun," tandas Sunardi. (iwd/fat)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.