Digelar Komunitas Ludruk Luntas atau Ludrukan Nom-noman Tjap Arek Soeroboio di di Gedung Pringgondani Taman Hiburan Rakyat (THR), Sabtu (21/1/2017) malam.
![]() |
Ia yang datang bersama suaminya merasa terhibur, tidak takut. "Lucu juga ludruknya. Bayangan saya banyak yang menyeramkan," kata Entin, yang baru menikah tiga bulan lalu itu. Banyak adegan yang dipertunjukan mengundang tawa penonton.
Kelucuan semakin menjadi ketika prosesi pemakaman suster Maria diplesetkan dengan susunan acara pernikahan. Mulai dari adegan berfoto bersama jenazah hingga menyanyikan lagu untuk jenazah pun sontak membuat suara tawa penonton lepas memenuhi seisi gedung.
Tak berhenti di situ, kemunculan iring-iringan jenazah lengkap dengan keranda juga turut menarik perhatian para penonton. Penonton pun berebut mengabadikan momen tersebut menggunakan gadget masing-masing.
Luntas yang ulang tahun pertamanya ini sengaja memilih tema 'Suster Gepeng' karena kisahnya yang cukup membuat banyak orang penasaran.
![]() |
"Cerita ini sudah ada sejak saya kecil sampai sekarang masih banyak yang membicarakan, sudah melegenda," kata Robert Bayonet, Koordinator Ludruk Luntas kepada detikcom.
Ludruk yang menceritakan tentang meninggalnya salah satu suster bernama Maria dengan kondisi mengenaskan yaitu terhimpit lift menjadi viral dari generasi ke generasi.
Kisah horor yang belum diyakini kebenarannya ini sekarang tersohor dengan sebutan "Suster Gepeng".
![]() |
"Yang kami tampilkan ini suster gepeng versi Luntas, namun dengan referensi dari para orang tua sehingga jalan ceritanya tak jauh dari legenda yang biasa didengar selama ini," tambah Robert.
Meski mengangkat cerita horor, Luntas tak lupa untuk tetap menyematkan guyonan di sela alur cerita. Terbukti dengan banyaknya tawa penonton di sepanjang pementasan.
Tidak terasa suasana horor sama sekali. Wajah penonton juga tak terlihat ketegangan. Bahkan tak sedikit yang mengajak anak-anak cukup terhibur.
![]() |
"Guyonan kan ciri khas ludruk, jadi walaupun horor ludruk harus tetap komedi sesuai dengan minat anak muda jaman sekarang," lanjut Robert yang telah belajar ludruk sejak SMP ini.
Robert mengaku meski kesenian khas Surabaya ini sudah mulai ditinggalkan, Luntas tak pernah lelah untuk terus berkarya. Baginya pementasan adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk terus melestarikan kesenian ludruk sambil terus mencari tempat di hati masyarakat moderen.
Tak hanya itu peningkatan kualitas pun menjadi perhatian khusus di setiap penampilan Luntas.
![]() |
"Kualitas itu penting, bagaimana cara kita membuat penonton tertarik untuk kembali menonton pentas kami itu yang kami cari," jelasnya sembari menjelaskan jika Luntas telah 8 kali menggelar pentas ludruk dengan berbagai cerita.
Tak melulu harus tradisional, setiap penampilannya Luntas juga berusaha memasukkan unsur moderen agar sesuai dengan kondisi masyarakat sekarang. Seperti menambahkan efek suara, pengunaan black man, hingga kombinasi lagu-lagu modern di dalam adegannya.
"Kata siapa ludruk ketinggalan zaman?" pungkas Robert. (ugik/ugik)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini