Wajah-wajah cantik dengan senyum merekah itu berlenggak-lenggok di panggung catwalk yang disediakan di halaman stasiun Mojokerto. Dibalut busana muslim beragam motif, membuat para pelajar SMP sederajat ini menjelma bak peragawati. Dengan gaya anggun, setiap peserta menunjukkan kemampuan gerak tubuh dalam berjalan untuk menghipnotis para juri.
Sejenak kemudian, peragaan busana dilanjutkan di dalam Stasiun Mojokerto. Kali ini catwalk yang dipilih panitia tak biasa. Gadis-gadis remaja berbusana layaknya santri masa kini itu diminta unjuk kebolehan di peron stasiun dan di dalam gerbong KA Jenggala yang kebetulan transit di Stasiun Mojokerto pukul 10.30 Wib.
Kendati berjalan di catwalk yang tak biasa, para peserta tetap mampu menunjukkan keanggunannya, baik di peron maupun di dalam gerbong Jenggala. Meski dalam hitungan menit, peragaan busana ini mampu membuat penumpang KA jurusan Mojokerto-Surabaya ikut terpana.
"Saat di atas kereta tadi sebenarnya agak gerogi karena baru pertama kalinya ikut peragaan busana seperti ini. Sempat takut jatuh," kata salah seorang peserta lomba peragaan busana muslim, Johana Kristina Avinska (13).
![]() |
Lomba fashion show dengan catwalk yang tak biasa ini, lanjut Garut, untuk memperkenalkan para pelajar dengan kereta api agar tumbuh kecintaan terhadap moda transportasi massal itu.
"Perlombaan ini juga untuk mencari bakat fashion di kalangan pelajar. Kami juga berharap sejak dini pelajar kita terbiasa memakai busana muslim," ujarnya.
Gatut menambahkan, lomba fashion show tak hanya berhenti kali ini saja. Ke depan, Daops 8 Surabaya akan menggelar lomba serupa untuk pelajar SMA sederajat.
"Kami akan ada pencatatan pemenang lomba, di ajang nasional atau ajang intern PT KAI akan kami usulkan untuk mengikuti," tandasnya. (bdh/bdh)