"Perlu adanya perbaikan mental atau revitalisasi. Tak hanya fisik, tapi mental para pejabat PTPN, agar para petani tebu menjadi sejahtera," kata Ketua Umum FTGN Supriyanto Sarjowikarto saat ditemui detikcom di sela-sela bertemu dengan para petani tebu di Hotel Lotus, Kediri, Senin (5/9/2016).
Di Jawa Timur menurut Supriyanto ada 34 pabrik gula. Semua pabrik gula itu memiliki fungsi dan dampak luar biasa dalam penentuan harga gula. "Secara tidak langsung berdampak pada kesejahteraan petani tebu," ujarnya.
Kondisi ini membuat para petani tebu untuk menglihkan penjualan tebu ke pabrik yang dianggap memiliki harga beli lebih baik. Seperti halnya Muhammad Irawan Nusantara, salah seorang petani tebu asal Dusun Kemuning, Desa Tiru Kidul, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri.
Dia saat ini mulai beralih menjual tebu miliknya dari pabrik gula di wilayah Kediri ke pabrik gula swasta yang lebih menghargai dan menggunakan sistem digital serta ketepatan waktu dalam membayar hasil jual tebu miliknya.
"Saya mandiri mas, jadi saya sejak ada KTM, saya menjual tebu saya kesana. Karena di sana sistemnya lebih detail dan cepat dalam hal pembayaran serta sistem penghitungan rendemen," jelas Irawan.
PG Kebun Tebu Mas (KTM) merupakan pabrik gula baru yang menggunakan sistem komputerisasi dan digital dalam menghitung dan mengolah tebu milik petani. Di Kediri sendiri, dari 100 petani tebu, 20 persen diantaranya kini telah beralih menjual hasil tebunya ke PG KTM.
"Petani tebu perlu dihargai dan disejahterakan. Saatnya sistem diperbarui," imbuh Irawan. (bdh/bdh)