Di buku itu, halaman 13 LKS menyebutkan soal tentang empat lambang Pancasila. Siswa disuruh untuk mengisi bunyi masing masing sila. Letak kesalahannya yaki pada lambang sila yang tertukar, yakni lambang sila ke-2 (rantai) bertukar dengan sila ke-3 (pohon beringin) dan sila ke-4 (kepala banteng) tertukar di sila ke-5 (padi dan kapas).
Atas persoalan ini, Kepala SDN 1 Mangli Suratman mengaku trauma untuk membeli LKS untuk para siswanya lagi. Menurutnya, penjualan buku LKS yang diterbitkan CV Merah Putih itu bukan murni kehendaknya.
"Ini bukan kehendak kami, tapi tuntutan dari wali murid. Penyebabnya, karena buku dari pemerintah (Kurikulum 13) masih belum turun. Sehingga wali murid menuntut kami menyiapkan LKS, biar anak di sekolah tidak bermain saja," terang Suratman saat dimintai keterangan, Selasa (9/8/2016).
Mengenai kesalahan penempatan lambang Pancasila, dia mengakui bahwa LKS tersebut salah dan memang sepatutnya dikembalikan kepada penerbit. Ke depan, Suratman mengaku tidak akan mengadakan LKS lagi di sela waktu tunggu datangnya buku dari pemerintah.
"Kami rencana tidak akan mengulang untuk mengadakan LKS lagi. Biarkan saja Wali murid usaha sendiri. Kami trauma sekali. Ini pertama kali (pengadaan LKS) dan terakhir kalinya," tukas Suratman. (bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini