Pemilihan Surabaya dan Banyuwangi sebagai pilot project karena, 'mewakili' tingkat kesulitan yang dihadapi pemerintah dalam membagikan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS).
"Mengapa memilih salah satu daerah tersebut, representasinya dari tingkat kesulitannya harus mewakili semua. Kalau daerah kota seperti apa sih. Kalau daerah yang keci lagi seperti apa. Jadi kita lihat berbagai macamnya," ujar Rajeshanagara Sutedja kepada wartawan di Surabaya, Rabu (26/11/2014).
Spesialis senior komunikasi dan pelaksana program, sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskin (TNP2K) ini menerangkan, ada sekitar 15,5 juta keluarga kurang mampu se Indonesia. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 2,8 juta keluarga kurang mampu di Jawa Timur.
Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, pemerintah meluncurkan Simapanan Keluarga Sejahtera, Kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat pada Senin 3 November lalu di Jakarta. Peluncuran tersebut adalah bagian dari ujicoba pelaksanaan berbagai program yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program percepatan penanggulangan kemiskinan.
Untuk 1 juta keluarga kurang mampu (sekitar 181 ribu di Kota Surabaya dan Kabupaten Banyuwangi), Kartu Indonesia Pintar kepada sekitar 160 ribu anak usia sekolah (sekitar 9.000 anak di Surabaya dan Banyuwangi). Untuk Kartu Indonesia Sehat hampir 4,5 juta individu (lebih dari 6.000 orang di Surabaya dan Banyuwangi).
"Secara bertahap pemerintah akan membagikan kepada 15,5 juta keluarga kurang mampu di seluruh Indonesia. Diharapkan sampai akhir Tahun 2015 sudah selesai semua," tandasnya.
(roi/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini