Mengintip Seni Wayang Potehi di Klenteng Hong San Kiong Jombang

Mengintip Seni Wayang Potehi di Klenteng Hong San Kiong Jombang

- detikNews
Senin, 04 Feb 2013 06:51 WIB
Jombang - Kehidupan sebagai dalang wayang Potehi memang tidak mudah. Sebagai generasi ketiga, Toni Harsono memang tidak mengikuti jejak kakek dan ayahnya sebagai dalang. Toni lebih memilih menjadi Maecenas seni pertunjukan Potehi.

Ya, Toni Harsono yang memiliki nama China Tok Hok Lay akhirnya memang memutuskan tidak menjadi dalang wayang Potehi atau biasa disebut Sehu. Kehidupan Sehu yang dijalani sang kakek Tok Su Kwie dan ayahnya Tok Hong Kie yang syarat keprihatinan ditinggalkannya.

Toni memutuskan untuk berbisnis dan kini sukses menjadi Maecenas yakni penyokong utama secara finansial atas keberlangsungan dinamika wayang Potehi.

Saat berbincang dengan detiksurabaya.com di rumah ibadahnya, Klenteng Hong San Kiong, Gudo, atau sekitar 6 kilometer ke arah selatan dari Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, laki-laki berperawakan gemuk ini menceritakan masa-masa suram kelestarian wayang Potehi di Indonesia.
Termasuk di saat Orde Baru, ketika wayang Potehi hampir punah. Selain karena banyak unsur yang ditentang pemerintahan kala itu, seni tradisi yang berasal dari Negeri Tiongkok atau China ini belum bisa menopang hidup para penggiatnya secara finansial. Saat itu Tony masih memendam keinginannya 'bermain' wayang potehi.

Saat bisnis emasnya sukses dan masa orde baru telah berlalu, kata hati laki-laki paruh baya ini tak bisa lagi berbohong. Meski lama tidak bersentuhan dengan boneka wayang Potehi, kenangan Potehi yang memukau hatinya sejak umur kanak-kanak mampu menyeretnya untuk berkecimpung lagi dalam pergulatan Potehi.

"Saya sampai harus mencari bentuk boneka wayang Potehi yang asli," kata Toni Harsono saat mendampingi karyawannya yakni pengukir dari Jepara, Jawa Tengah di salah satu koridor klenteng, Senin (4/2/2013).

Untuk lebih memantapkan hatinya, Tony bahkan harus berburu ke China. Namun perburuannya ke negeri tirai besi itu mengecewakannya. "Di China, bentuk wayang Potehi sudah banyak yang tidak asli, tidak menggambarkan tokoh dewa, jenderal perang dan raja dalam dongeng dan cerita Potehi," kata dia lagi.

Keturunan generasi ketiga dari seorang seniman dalang wayang Potehi yang datang langsung dari China ini lantas mencari referensi lain. Beruntung, perjalanannya mengantarkan Toni ke sebuah klenteng di Semarang yang masih menyimpan koleksi asli boneka wayang Potehi. Satu per satu karakter tokoh dewa, jenderal perang dan raja asal China kemudian berhasil digandakan.

"Memang susah, tapi saya percaya kepada Pak Pangat ini," tutur dia sambil menunjuk pengukir asal Jepara yang menjadi karyawan di klenteng Hong San Kiong sejak tahun 2001 itu.

Pangat, pengukir ini menggunakan kayu Pohon Jati yang dihaluskan sebagai bahan membuat boneka wayang Potehi. Dia memotong kayu, menggambar wajah karakter wayang Potehi hingga mengukir setiap lekuk wajah hingga sebatas leher boneka Potehi.

"Setelah dihaluskan, kayu kita beri garis tengah untuk menentukan jarak wajah dengan leher, seukuran contoh," tutur Pangat.

Dia juga sangat hapal ukuran-ukuran pisau atau penilap yang terdiri dari 30 ukuran. "Setiap ukuran, berbeda fungsinya. Ada yang digunakan untuk mengukir lengkung besar, lengkung kecil hingga penilap kecil tipis untuk mengukir daerah wajah sekitar mata, hidung, pipi dan dagu wayang Potehi," jelasnya.

Toni mengaku beruntung bisa bertemu dengan Pangat dan beberapa seniman Potehi. Waktu terus berjalan, Toni pun kini bisa sedikit lega karena koleksi wayang Potehi miliknya telah mencapai 150 jenis karakter. Dari koleksi tersebut, Toni juga ikut campur tangan dalam proses pembuatannya. Toni bertugas mengecat, mewarnai wayang dan meracik kostum dan dekorasi panggung pertunjukkan wayang Potehi.

Toni membuat 6 set wayang Potehi yang dikemas dalam satu kotak. Tiap kotak itu berisi ratusan jenis karakter wayang sesuai cerita yang bakal dipertunjukkan.

Seniman Potehi lainnya yang kini berada dibawah asuhan Toni yakni para pemusik dan seorang dalang pertunjukan boneka wayang Potehi bernama Sesomo. Laki-laki keturunan Jawa kelahiran 11 Mei 1947 inilah yang rajin mendalang setiap pertunjukan Potehi Klenteng Hong San Kiong ke berbagai kota.

"Jadi, boneka wayang Potehi yang kami mainkan itu asli seperti tokohnya, bukan asal bentuk boneka. Ini adalah salah satu upaya melestarikan Potehi yang hampir punah sejak dibawa para imigran Tionghoa ke wilayah Pulau Jawa," jelas Toni.

Kini, pertunjukkan wayang Potehi di Klenteng Hong San Kiong telah akrab di masyarakat. Baik itu keturunan Tionghoa ataupun Jawa, masyarakat sekitar klenteng seperti terbiasa dan secara rutin menyaksikan pertunjukan yang didalangi Sesomo dengan menggunakan bahasa Hokkian Potehi. Bahasa Hokkian Potehi sebagai pengantar narasi kadangkala dicampur dengan bahasa Melayu (bahasa Indonesia).


(nrm/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.