.webp)
Sembahyang rebutan ini untuk memberi sesaji kepada arwah para leluhur dengan menuliskan nama di sebuah bendera. Dengan menempatkan berbagai makanan, diantaranya nasi putih, aneka buah-buahan, sayuran, serta ikan dan daging.
"Umat Tri Dharma ini setiap tahun melakukan upacara rebutan, untuk menghormati para leluhurnya, setelah sembahyang baik jemaat maupun warga sekitar diperbolehkan merebut gunung sesaji ini," kata Humas Klenteng Hok Swie Bio Hendrawan Santoso saat ditemui detiksurabaya.com di lokasi.
Para jemaat ini melakukan ritual dengan membakar dupa sambil berdoa kepada para leluhur sambil memutar sebanyak 3 kali. Usai ibadah warga Tri Dharma ini saling berebut gunungan sesaji berbaur dengan warga sekitar yang sejak pagi telah menunggu di luar tempat ibadah.
Ratusan warga sekitar yang ingin ngalap berkah ini terpaksa harus melompat pagar klenteng, berdesak-desakan agar mendapatkan aneka sesaji itu, baik ibu-ibu, bapak serta para remaja.
Salah satu warga sekitar, Agus Wahyudi mengatakan, setiap ada sembahyang botho dirinya selalu ikut rebutan sesaji, karena dirinya yakin ada berkah tersendiri saat mendapatkan sesaji ini.
"Saya selalu ikut mas, ngalap berkah sesaji ini, soale saya rasakan ada berkah tersendiri saat dapat sesaji," terang Agus Wahyudi.
Tak sedikit pula warga yang tidak mendapatkan sesaji yang diperebutkan, karena harus berdesak-desakan dengan sesama umat.
(fat/fat)
