Aksi sweeping itu dilakukan di Jalun Pantura Desa Lamogan, Kecamatan Arjasa. Akibat aksi tersebut, arus lalin di pantura sempat terganggu. Sweeping truk itu sendiri hanya berlaku untuk truk tebu dengan tujuan angkut ke PG Panji. Sedangkan truk yang mengangkut ke PG lain tidak di berhentikan.
Petani menuding, PG Panji tidak memperlakukan petani dengan baik. Salah satunya masalah antrean truk pengangkut tebu. Pihak PG Panji dianggap selalu mendahulukan truk yang mengangkut tebu milik PG sendiri, sementara tebu milik petani harus antre antara 1 hingga 2 hari.
"Kalau truk yang ngangkut tebu PG Panji langsung masuk pak, tapi kalau punya petani harus antre dulu, itu juga menyebabkan kadar air gula di tebu menurun. Akibat kepanasan di lapangan pak," ujar Mashudi, salah satu petani tebu.
Hal itu juga dibenarkan oleh Frengki, salah satu sopir truk pengangkut tebu. Dia menjelaskan jika truk mengangkut tebu milik petani, sudah bisa dipastikan akan antre lama. "Coba kalau yang diangkut tebu milik PG pasti gak usah antre lama-lama pak, ini kan kasihan sama petani juga saya selaku sopir juga kasihan," ujarnya.
Sementara, pihak PG Panji menampik tudingan tersebut. Pihak PG Panji mengaku selama ini sistem antrean sudah dilakukan sesuai aturan yang dimiliki PG. "Masalahnya sudah diselesaikan, jadi antara petani dan PG sudah ada kesepakatan sesuai dengan hasil musyawarah tadi," ujar Humas PG Panji, Suwondo.
(bdh/bdh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini