Mereka diterima ibunda almarhum, Hj Tariyem� serta Ustadz HM Chozin dan Ustadz Ja’far Shodiq di rumah duka, Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan.
Para pelayat pria, diterima secara lesehan di atas tikar di halaman rumah yang dipasang tenda. Sementara kaum perempuan diterima Hj Tariyem dan kedua istri Amrozi, Siti Rohmah dan Susiana yang asal Madiun.
Tak tampak istri Muklas, Parida Bin Abbas, karena ibu empat anak asal Malaysia ini telah balik ke negaranya.
Para pelayat, setelah bersilaturahmi dengan keluarga Amrozi, rata-rata langsung berziarah di makam kedua anak mantan Sekdes Tenggulun, almarhum H Nur Hasyim, Senin (17/11/2008).
Atau sebaliknya, setelah berziarah dimakan yang berlokasi tak jauh dari Pondok Pesantren Al-Islam, Tenggulun tersebut, baru mengunjungi keluarga Amrozi.
"Kami datang dari Purwakarta (Jabar) untuk memberi penghormatan kepada almarhum. Beliau adalah mujahit yang patut menjadi tauladan dalam berjihad di jalan Islam," kata M Arifin yang datang bersama empat kawannya kepada detiksurabaya.com.
Bersamaan rombongan dari Purwakarta, tiba juga rombongan dari Pasuruan, Denpasar (Bali), Lawang (Malang), Probolinggo dan Sidoarjo. Termasuk juga dari kawasan Ampel Surabaya dan sejumlah kecamatan dari wilayah Kabupaten Bojonegoro, Tuban dan Kabupaten Lamongan.
"Kalau dirata-rata sehari ada lebih dari 1.000 pelayat masih bersilaturahmi ke sini. Rata-rata saya tidak mengenal mereka, tapi tetap kami anggap sebagai saudara sesama muslim," kata kakak Amrozi, Ustadz HM Chozin saat ditemui disela-sela menerima pelayat di rumah Amrozi.
Sedangkan, pantauan di makam kakak beradik yang dimakamkan berdampingan di lahan milik keluarga sedang dalam persiapan pemasangan pagar. Keluarga akan membangun pagar dari besi untuk menghindari kerusakan. Sebab banyak pelayat yang nekat mengambil tanah makam untuk dibawa pulang.
"Kami tidak melarang siapapun berziarah ke makam adik saya, tapi jangan sampai mengkultuskan keduanya karena bertentangan dengan ajaran Islam," pesan Ja’far Shodiq, salah satu kakak terpidana mati Bom Bali yang telah dieksekusi Selasa (9/11/2008) lalu itu.
(gik/gik)