Warga Dusun Sukatapa, Desa Prakalan, Kecamatan Moga, Pemalang, dalam sepekan terakhir ini dihebohkan oleh keluarga yang nekat menyimpan jenazah anaknya berbulan-bulan di dalam rumah.
Terungkapnya peristiwa ini atas laporan warga yang mulai curiga keberadaan ASR (14) yang begitu saja menghilang setelah dikabarkan sakit.
Kecurigaan warga ini cukup beralasan karena keluarga itu pernah melakukan hal yang sama. Prihati, ibu ASR, pernah menyimpan jenazah adiknya yang meninggal di dalam rumahnya sehingga menimbulkan bau tidak sedap.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pihak sekolah juga pernah mencoba untuk menengok ASR yang dikabarkan sakit. Namun oleh pihak keluarga dihalang-halangi dengan berbagai alasan. Hingga akhirnya pada Minggu (9/1/2022), warga melaporkan ke pihak desa sebagai antisipasi adanya kejadian yang serupa beberapa tahun lalu.
"Awalnya pihak tetangga curiga, kenapa anak yang bersangkutan tidak pernah terlihat. Dijawab oleh orang tuanya lagi sakit. Warga mencari tahu soal keberadaan anak itu. Kami sendiri menerima laporan dari warga terkait adanya mayat anak yang masih disimpan di rumah itu, pada hari Minggu dan langsung kita teruskan ke pihak Polsek dan Kecamatan, untuk berkoordinasi," ungkap Noerlaela, Kepala Desa Prakalan.
Menerima laporan pihak desa tersebut, Kapolsek Moga AKP Dobyo Suryanto bersama unsur Forkopimcam Moga dan petugas kesehatan mengecek ke lokasi. Awalnya, pihak keluarga tidak mengizinkan mereka untuk melihat kondisi anak semata wayang pasangan Rohmad (38) dan Prihati (36) tersebut.
Dengan pendekatan kepolisian dan tokoh agama, mereka akhirnya diperbolehkan melihat kondisi ASR yang ternyata memang sudah meninggal. Pihak puskesmas kemudian memeriksa kondisi tubuh anak tersebut.
"Setelah kita sampai di sana, dilakukan pemeriksaan oleh puskesmas dan dari tim medis menyatakan korban telah meninggal beberapa bulan lalu," kata AKP Dibyo Suryanto.
Dari hasil pemeriksaan medis, korban sudah dinyatakan meninggal dua bulan lebih dan di tubuh korban juga tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan. Korban meninggal akibat sakit TB Paru yang dideritanya sejak enam bulan lalu.
Pihak orang tua korban awalnya berkukuh untuk tidak memakamkan anak semata wayangnya tersebut, dengan alasan anaknya masih bisa hidup dengan pengobatan alternatif.
Baca halaman berikutnya
Petugas bersama tokoh agama dan masyarakat, kemudian membujuk rayu agar jenazah ASR dimakamkan.
Pihak keluarga akhirnya memakamkan jasad ASR. Minggu malam itu juga, prosesi pemakaman dilakukan, dibantu warga setempat. Pelajar kelas 7 SMP tersebut, dimakamkan di sebelah rumah bagian belakang.
Camat Moga, Umroni, membenarkan bahwa sebelumnya juga sempat terjadi hal yang sama, yakni saat adik dari orang tua bocah yang jasadnya disimpan, meninggal dunia. Menurut Umroni, kejadian yang pertama bisa terungkap warga justru dari bau yang menyengat bersumber dari dalam rumah yang sama.
Sedangkan di kejadian kedua hingga berbulan-bulan lamanya menyimpan mayat, warga tidak mencium bau menyengat.
"Kalau yang kedua memang warga tidak mencium bau yang menyengat, hanya mencurigai, atas apa yang menimpa anak yang dikabarkan lama sakit dan tidak tampak seperti biasanya," jelasnya.
Ia menandaskan, pihak keluarga diduga mengikuti aliran tertentu, yang meyakini, orang yang sudah meninggal bisa dihidupkan kembali dengan cara-cara mereka sendiri.
Ketua MUI Kabupaten Pemalang, KH Ahmad Saefullah, menjelaskan pihaknya akan turun tangan melakukan pendalaman atas apa yang terjadi di Moga. Dia menduga keluarga melakukannya karena belum mengikhlaskan kematian anak semata wayangnya. Ia jelaskan, kewajiban sebagai seorang muslim terhadap mayit, hukumnya fardu kifayah.
"Ya biasanya di MUI kalau ada laporan atau kejadian di masyarakat seperti itu, akan diturunkan tim untuk mengecek, entah itu karena kelalaian atau karena ada aliran yang tidak pas, atau menyimpang. Tapi kalau kasus Moga saya melihatnya itu (penyebabnya) karena anak tunggal," kata KH Ahmad Saefullah.
Peristiwa ini juga membuat tim psikolog dari Polda Jateng turun tangan untuk memeriksa kesehatan, psikolog, dan trauma healing pada pihak keluarga.
"Sampai saat ini kami masih mendalami. Kami berkoordinasi dengan Polda (Jateng) yang mengirimkan tenaga psikologi untuk melakukan pendampingan dan trauma healing pada keluarga korban," kata Kapolres Pemalang, AKBP Ari Wibowo.