Rumah yang menyimpan mayat SAR (14), bocah perempuan asal Kabupaten Pemalang yang meninggal sekitar 2,5 bulan lalu, berada di daerah pegunungan. Rumah keluarga SAR di Dusun Sukatapa,Desa Plakaran, Kecamatan Moga, itu berjarak puluhan meter dari rumah warga lain.
"Tempatnya agak terpencil di daerah pegunungan, jauh dari (rumah warga) lainnya," kata Kapolsek Moga AKP Dibyo Suryanto saat ditemui detikcom, Selasa (11/1/2022).
Karena rumah keluarga itu cukup jauh dari tetangga, Dibyo mengatakan, aktivitas keluarga SAR jarang terpantau. Senada diutarakan Ustaz Zaenuri, tokoh agama Desa Plakaran yang turut membujuk keluarga SAR agar bersedia menguburkan mayat siswi kelas 1 SMP itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang rumahnya berjauhan antara tetangga satu dengan lainnya. Rumahnya (keluarga SAR) di atas, sedangkan tetangganya di bawah," kata Zaenuri.
Menurut Zaenuri, keluarga Prihati (36) dikenal tertutup alias jarang berinteraksi dengan tetangga. Prihati adalah ibu SAR. Sedangkan suami Prihati, Rahmad (38), dikabarkan merantau.
"Seingat saya suaminya merantau. Keluarga besarnya (Prihati) bertani. Karena tertutup inilah membuat warga tidak berani bertanya-tanya," terangnya.
Meski keluarga SAR tertutup, tetangganya tetap menaruh curiga. Sebab, SAR yang dikabarkan sakit tidak pernah kelihatan. "Sebelumnya (terungkap menyimpan mayat SAR), warga sudah mencurigai, bahkan melapor ke pihak desa. Sehingga terungkap semuanya," ujar Zaenuri.
Diberitakan sebelumnya, kabar tentang mayat bocah perempuan yang disimpan di rumah itu baru terbongkar pada Minggu (9/1). Pada hari itu juga Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Moga mendatangi keluarga SAR dan meminta agar mayat anak itu segera dikubur.
Camat Moga, Umroni, mengatakan dari hasil pemeriksaan medis, SAR diduga meninggal sejak 2,5 bulan lalu. Semasa hidupnya, SAR diketahui mengidap TB Paru (Tuberkulosis paru).
"Dari riwayat sakitnya, pihak medis puskesmas mencatat yang bersangkutan sakit TB Paru sejak enam bulan lalu," kata Umroni saat ditemui detikcom di Mapolsek Moga, kemarin sore.
Umroni mengungkap keluarga SAR diduga menganut aliran tertentu dan meyakini anaknya bisa hidup kembali. Tak ayal jika proses negosiasi antara Muspika Moga dengan keluarga SAR pada Minggu sore itu berlangsung alot.
Butuh waktu sekitar 15 menit bagi Zaenuri untuk membujuk keluarga SAR agar bersedia menguburkan mayat anaknya. "Malam itu juga dimakamkan (ditempat permakaman keluarga di samping rumahnya). Warga bertakziah dan mengantarkan ke permakaman," kata Zaenuri.
Simak juga 'Polisi Selidiki Temuan Mayat Bayi di DIY Terkubur di Rumah Warga':