Dikunjungi Jokowi, Begini Sejarah Aloon-aloon Semarang yang Sempat Hilang

Angling Adhitya Purbaya - detikNews
Rabu, 05 Jan 2022 16:19 WIB
Aloon-aloon Kota Semarang, Rabu (5/1/2022). (Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom)
Kota Semarang -

Pasar Johar dan Aloon-aloon Kota Semarang yang sudah rampung dibangun pasca kebakaran 2015 silam, dikunjungi Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini. Tampilan kawasan tersebut dipercantik termasuk munculnya lagi Aloon-aloon atau alun-alun yang sempat hilang.

Jika sejarah Pasar Johar sudah banyak diketahui, tapi barangkali kisah masa lalu Aloon-aloon Kota Semarang tak banyak diketahui.Atau bahkan ada yang tak menyangka jika lokasi yang lebih dikenal sebagai Pasar Yaik itu dulunya merupakan alun-alun yang lebih dulu ada sebelum Pasar Johar.

Dalam buku Kota Semarang Dalam Kenangan karya sejarawan Kota Semarang, Jongkie Tio, dibahas perihal Aloon-aloon Kota Semarang. Aloon-aloon Kota Semarang sudah ada sejak antara akhir abad ke-16 sampai awal abad ke-17. Kondisinya saat itu masih belum teratur kecuali pendopo yang ada di sana.

"Aloon-aloon adalah suatu tanah lapang luas biasanya ditumbuhi rumput dan di sudutnya terdapat pohon beringin dan ada pula gedung besar dan indah yang biasa disebut pendopo yang merupakan bagian dari kabupaten di mana merupakan pusat pemerintahan kota tersebut," jelas Jongkie Tio dalam bukunya.

Aloon-aloon Kota Semarang itu ada di Timur Laut Jalan Bojong, sekarang Jalan Pemuda. Pada sekitar abad 18-19 ketika bangsa Eropa masuk ke Tanah Air, pembangunan berkembang termasuk didirikannya Masjid Besar Kauman. Ada juga pendopo yang disebut Kanjengan.

Pembangunan terjadi hingga kawasan yang saat ini disebut Kota Lama. Gedung-gedung terus dibangun untuk perkantoran orang Eropa. Akhir abad ke-19 pembangunan terus dilakukan seperti Hotel Du Pavillon (Dibya Puri), kantor pos besar, kantor telepon dan lainnya di dekat Aloon-aloon.

"Juga dibangun gedung besar bertingkat yang indah, menggantikan pasar Pedamaran yang tak sesuai lagi. Pasar tersebut dikenal dengan Pasar Djohar dan dibangun oleh Ir Karsten, seperti gedung Bank Indonesia dan gedung Pekerjaan Umum di belakangnya," terang Djongkie Tio.

Pembangunan di sekitar Aloon-aloon ternyata berpengaruh besar, bahkan lahan yang tersisa makin sempit. Pedagang makin banyak, bahkan lama-kelamaan keberadaan alun-alun pun hilang tertutup pedagang. Tak hanya itu Kanjengan yang jadi kebanggaan kala itu malah menjadi tempat menyimpan drum bekas.

"Dari tahun ke tahun nasib Aloon-aloon Semarang yang memiliki lahan demikian luas makin menjadi sempit akibat kemajuan pembangunan yang pesat. Yang tertinggal hanya bangunan Masjid Besar Kauman," jelasnya.

Lokasi itu kemudian dipenuhi pedagang dan sempat juga menjadi terminal angkutan kota. Terminal itu juga tergusur dan dibangunlah gedung untuk pasar buah dan digunakan juga untuk pedagang lain dan namanya dikenal dengan Pasar Yaik yang ada tepat di samping pasar Johar. Aloon-aloon pun hilang.

"Dengan demikian Aloon-aloon hilang tanpa bekas dan hanya tertinggal Masjid Besar Kauman," tulisnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Saksikan juga 'Respons Jokowi, Pimpinan DPR Prioritaskan RUU TPKS Segera Dibahas':






(sip/mbr)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork