Lagu dengan lirik berbahasa Jawa berjudul Lingsir Wengi (bergulirnya malam) populer di masyarakat. Salah satunya merupakan karya Sukap Jiman, sedangkan satu lagi lagu yang sering menjadi soundtrack lagu horor. Begini fakta dua lagu tersebut.
Lagu Lingsir Wengi Karya Sukap Jiman
Lagu ini diciptakan pada 1995 dan dipopulerkan Nurhana. Lagu bernuansa syahdu ini ternyata mengisahkan kerinduan seorang kekasih.
Lagu romantis
Lagu Lingsir Wengi karya Sukap Jiman ini bernuansa romantis. Ada kisah tentang kerinduan yang membuat mata tak bisa terpejam.
"Lagu itu mengisahkan tentang seorang kekasih yang merindukan pasangannya. Sudah larut malam tetapi mata belum juga mau terpejam," tutur Sukap, Senin (22/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengalaman pribadi
Mbah Sukap sapaan karibnya, menyebut lagu yang diciptakannya pada 1995 itu dibuat berdasarkan kisahnya. Dia mengatakan, saat itu dia mengalami masa puber kedua di usia 65 tahun. Kemudian, dia menciptakan lagu itu ditujukan untuk sang istri, Waliem.
"Lagu itu adalah kisah pribadi saya, semua lagu saya itu dari pengalaman yang selama ini saya alami. Waktu itu saya puber kedua dan menciptakan lagu Lingsir Wengi itu," urainya.
Diciptakan dalam dua hari
Tidak butuh waktu lama untuk menciptakan lagu berbahasa Jawa itu. Sukap menyampaikan, dirinya menyelesaikan lirik lagu itu hanya dalam waktu dua hari saja.
"Lagu itu saya buat dalam waktu dua hari saja," tuturnya. Kemudian dia menyanyikannya dan lagu itu dipopulerkan oleh penyanyi Nurhana.
Sukap dulunya pengamen
Sukap dulunya berprofesi sebagai pengamen. Namun sudah sejak tiga tahun terakhir ini dia hanya bisa terbaring di kasurnya karena sakit stroke.
"Mbah Sukap dulunya adalah pengamen juga, dia juga berkeliling ke kota-kota. Tapi , karena sakit akhirnya sudah jarang mengamen," ungkap Nursamisri.
Tak hanya Lingsir Wengi, Sukap ternyata menciptakan sejumlah lagu lainnya. Nur mengatakan, beberapa lagu tersebut di antaranya Mendung Sore yang dipopulerkan almarhum Didi Kempot.
"Kemudian Dudu Bondho Rojo Brono, dan lagu jawaban dari Lingsir Wengi. Sekarang pun bapak juga masih menciptakan lagu, dia juga sering nembang sendiri," ucap Nur.
Lagunya hits, tapi tidak pernah terima royalti
Miris bagi Sukap. Lagu Lingsir Wengi ciptaannya yang sempat menjadi hits itu tidak sebanding dengan penghargaan yang dia terima. Hingga saat ini, dia tidak pernah menerima royalti dari lagu ciptaannya itu.
"Royalti belum dapat sampai sekarang. Ada yang katanya mau menguruskan tetapi belum ada kabarnya," ujar Nur.
Kini sakit-sakitan
Di masa tuanya, kondisi Sukap begitu memprihatinkan. Penyakit stroke yang menyerangnya lebih kurang tiga tahun lalu membuat kakek 85 itu hanya bisa terbaring saja.
Selengkapnya tentang versi horor Lingsir Wengi...
Tonton juga Video: Penampakan Boneka Squid Game di Surabaya, Seram atau Lucu?
Bahkan, Sukap tidak bisa hanya sekadar tidur miring dan hanya bisa telentang saja. Ia terbaring di tempat tidur tanpa dipan di sebuah ruang dengan ukuran lebih kurang 3x3 meter saja.
"Pinggang ke bawah sudah tidak bisa digerakkan, tetapi punggung ke atas itu masih normal. Komunikasi juga masih lancar," ungkap Nur.
![]() |
Lingsir Wengi Versi Film Horor
Lagu Lingsir Wengi kali ini berbeda versi dengan karya Sukap yang penuh dengan kerinduan hati. Syair Lingsir Wengi yang populer mengisi film horor ini justru berisi syair yang menyeramkan.
Ini tidak terlepas dari dipakainya lagu tersebut di film berjudul 'Kuntilanak'. Syair yang menyebut setan dan juga jin itu dianggap mempunyai kesan seram.
Dosen Karawitan ISI Solo, Danis Sugiyanto, sepakat isi lagu tersebut bisa diartikan pula adanya gambaran ilmu hitam.
"Itu seperti sedang mengirim teluh/santet/guna-guna di larut malam. Jelas beda sekali message (pesan) antara lagu 'Lingsir Wengi' Mbah Sukap dengan lagu itu," ujarnya kepada detikcom, Selasa (23/11).
Lagu dilantunkan dengan macapat
Cara menyanyikan lagu ini memang tak seperti lagu masa kini, namun lebih mirip dilantunkan seperti tembang Jawa tradisional jenis macapat.
Sedangkan syairnya memang terkesan mencampuradukkan bahasa Jawa baru dengan bahasa Jawa kawi yang dipakai di suluk-suluk pedalangan.
Disebut-sebut karya Sunan Kalijaga
Lagu Lingsir Wengi versi horor ini disebut-sebut karya Sunan Kalijaga. Namun, Danis menyebut diksi syair lagu ini berbeda dengan karya Sunan Kalijaga yang sudah terkenal hingga saat ini.
"Kata-kata yang dipakai dalam lirik itu seperti bukan pada zaman Sunan Kalijaga," terang dia.
Danis menyampaikan, bahwa lagu tersebut ada pesan-pesan yang ingin disampaikan oleh si penciptanya.
"Karena dibentuk untuk guna-guna, syair nggak ada makna simbolik tentang suatu pesan/ajaran," papar Danis.