Warga di Brebes mengeluhkan adanya pembangunan tembok yang menutup akses jalan 8 rumah. Tembok tersebut diketahui dibangun oleh tetangga yang merupakan pemilik lahan.
Peristiwa itu terjadi di RT 1/RW 7 Desa Larangan, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
"Ada 8 rumah yang terdampak adanya tembok ini," kata Supratno (53), salah satu warga terdampak pembangunan tembok saat ditemui di lokasi, Selasa (23/11/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, pembangunan tembok dilakukan sejak sepekan lalu. Sebelum dibangun tembok, lahan yang nampak seperti lorong tersebut dimanfaatkan warga untuk akses keluar masuk saat beraktivitas hingga ke pasar.
"Jalan itu merupakan jalan yang biasa dipakai warga untuk keluar rumah, mau ke pasar atau ke kota lewat lorong itu," ujarnya.
Setelah dibangun tembok, saat ini hanya tersisa celah selebar 50 cm. Warga pun tidak bisa mengendarai motor lagi saat melewatinya.
"Saking sempitnya harus berjalan miring, apalagi kalau berpapasan sama orang lain. Sekarang motor warga ini jarang dipakai, jangankan motor, sepeda saja tidak bisa masuk," ujarnya.
![]() |
Supratno mengaku, memang masih ada jalan alternatif lain. Namun harus memutar lebih jauh dan juga melewati gang.
"Kalau ke pasar ya jalan meski rada jauh jaraknya. Kalau pun mau pakai motor kudu memutar melewati gang sempit yang lebih jauh," lanjutnya.
Baca juga: Kali Rambut Pemalang Meluap, 4 Desa Terendam |
Warga yang rumahnya terdampak, kata dia, khawatir jika terjadi hal-hal yang mendesak seperti ada orang meninggal maka keranda jenazah dipastikan tidak bisa masuk. Kemudian bila terjadi kebakaran, warga akan sulit untuk dievakuasi dan lokasi kebakaran akan sulit dijangkau petugas damkar.
"Yang kami risaukan bila ada kematian warga. Keranda tidak bisa masuk. Juga kalau kebakaran akan kesulitan evakuasi dan pemadaman," tandasnya.
Warga terdampak lainnya, Fahmi (26), menyebutkan rumahnya bersebelahan dengan tembok yang baru dibangun tersebut. Bagian depan rumah yang sebelumnya lahan kosong dan langsung menghadap ke jalan desa, kini tertutup tembok. Bahkan akses masuk rumahnya hanya tersisa sekitar 45 cm.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
"Kalau ditutup ini dampaknya banyak. Pertama tidak bisa keluar kendaraan motor. Kalau jalan, kita harus miring karena sempit. Kemudian jika ada kondisi darurat susah juga," keluh Fahmi.
Diakuinya, lahan yang dibangun tembok itu memang milik pembangun bernama Nasikun. "Lahan itu milik Bapak Nasikun," imbuhnya.
Saat dimintai konfirmasi, Nasikun (59) mengatakan lahan yang selama ini dijadikan akses jalan oleh warga itu adalah miliknya pribadi. Lahan seluas 4,5x8 meter itu akan dibangun rumah untuk anaknya.
"Jadi ini tanah hak milik dari waris dan saya membangun ini untuk anak. Wong saya yang punya pekarangan di sini, jadi saya bangun," kata Nasikun.
Nasikun menegaskan, tanah miliknya itu tidak dibangun sepenuhnya. Dari 4,5x8 meter, telah disisakan 50 cm untuk akses jalan. Dia berharap tetangga sebelahnya juga memberikan 50 cm sehingga ada akses masuk selebar 1 meter.
"Saya sudah memberi akses jalan 50 cm dari jarak bangunan saya. Mestinya yang 50 cm diberikan oleh tetangga saya dan becak itu masuk," ujarnya.
"Sebagai pendidik saya tahu aturan dan tanah ini sudah bersertifikat. Harapannya tetangga memberikan 50 cm, sehingga kalau ada 50 cm sama 50 cm maka ada 1 meter," sambungnya yang berprofesi sebagai kepala SD.
Terkait masalah ini, Kadus 1 Desa Larangan, Ropi'i, mengaku sudah memediasi antara warga yang terisolasi dengan pemilik bangunan. Namun hingga hari ini belum ada titik temu.
"Sudah mendatangi kedua belah pihak dan mendamaikan. Namun karena keduanya inginnya benar sendiri, kami dari pemerintah desa merasa belum bisa memberikan solusi," ungkap Ropi'i.