Indeks Pembangunan Manusia Brebes Nomor Buncit, Pemkab Ungkap Sebabnya

Indeks Pembangunan Manusia Brebes Nomor Buncit, Pemkab Ungkap Sebabnya

Imam Suripto - detikNews
Rabu, 17 Nov 2021 15:25 WIB
Alun-alun Brebes, Rabu (17/11/2021).
Alun-alun Brebes, Rabu (17/11/2021). (Foto: Imam Suripto/detikcom)
Brebes -

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Brebes lagi-lagi menempati urutan paling buncit di antara kabupaten dan kota di Jawa Tengah. Baperlitbangda Brebes mengungkap masalah yang menjadi penyebabnya.

Rilis data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah mencatat, IPM Brebes saat ini 66,23 persen dari IPM Ideal Jawa Tengah sebesar 72,16 persen. Sedangkan untuk IPM tertinggi adalah Kota Salatiga 83,60 persen.

"Memang saat ini masih berada di posisi 35 di bawah, tapi itu juga masuk kategori sedang. Karena di Jawa Tengah tidak ada yang posisi kurang, yang ada hanyalah tinggi dan sedang. Karena kabupaten/kota lain juga naik," kata Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan Daerah (Baperlitbangda) Brebes, Edy Kusmartono, saat ditemui, Rabu (17/11/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Edy kemudian memaparkan ada beberapa indikator yang menjadi penilaian IPM. Masing-masing Usia Harapan Hidup Saat Lahir, Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah dan Pengeluaran per Kapita. Dari beberapa indikator itu, Harapan Lama Sekolah, dan Rata-rata Lama Sekolah tidak mencapai target.

Secara rinci dia menjelaskan, Indeks Harapan Hidup Saat Lahir di wilayahnya dari tahun 2020 sampai 2021 mengalami kenaikan. Indeks ini pada tahun 2020 mencapai 69,33 tahun, atau lebih dari yang ditargetkan 68,45 tahun. Tahun 2021 ini Brebes mencapai 69,54 tahun, atau lebih lama dari yang ditargetkan 68,46 tahun.

ADVERTISEMENT

Pendapatan per kapita juga naik pada 2020 dan 2021. Pendapatan yang ditargetkan sebesar Rp 9,65 juta pada tahun 2020 berhasil dilampaui dengan indeks Rp 10,58 juta. Target pendapatan 2021 sebesar Rp 9,68 juta bisa dicapai dengan indeks Rp 10,15 juta.

"Dua indikator itu, Brebes mengalami kenaikan. Untuk indikator pendidikan yang tidak memenuhi target," ungkapnya.

Poin-poin yang masuk indikator bidang pendidikan yang tidak mencapai target antara lain adalah harapan lama sekolah. Pada poin ini target 12,07 tahun pada 2020 hanya bisa dicapai 12,04 tahun. Demikian juga tahun 2021, target 12,25 tahun hanya dicapai 12,05 tahun.

Poin lainnya, beber Edy, rata-rata Harapan Lama Sekolah, juga tidak mencapai target. Tahun 2020 dipatok target 6,94 tahun hanya tercapai 6,21 tahun. Berikutnya tahun 2021, target 7,15 tahun tercapai hanya 6,22 tahun.

Edy mengungkap rasio ketersediaan sekolah belum mencapai 100 persen dari kebutuhan. Tingkat SD/MI hanya 56,16 persen, SMP 26,35 persen dan SMA 16,32 persen. Jumlah ruang kelas yang masuk kategori baik juga masih rendah. Untuk tingkat SD sebanyak 17,18 persen, SMP 25,96 persen dan SMA 29,61 persen.

"Sektor pendidikan sangat perlu perhatian. Karena ini sangat berpengaruh pada penilaian IPM. Dari semua poin yang masuk indikator pendidikan belum bisa tercapai sesuai target," pungkasnya.

(sip/rih)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads