Awet Banget! Jembatan Kuno Peninggalan Belanda di Klaten Ini Masih Eksis

Awet Banget! Jembatan Kuno Peninggalan Belanda di Klaten Ini Masih Eksis

Achmad Syauqi - detikNews
Sabtu, 06 Nov 2021 14:27 WIB
Jembatan kuno peninggalan Belanda di Klaten
Jembatan kuno peninggalan Belanda di Klaten. (Foto: Achmad Syauqi/detikcom)
Jakarta -

Di perbatasan Desa Candirejo dan Mayungan, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah terdapat jembatan peninggalan era penjajahan Belanda. Meskipun sempit dan sederhana, jembatan itu masih eksis dimanfaatkan warga.

Jembatan tersebut melintas di Sungai Balong yang berada di perbatasan Kota Klaten sisi utara. Sungai tersebut bukan di desa terpencil sebab merupakan perbatasan Kecamatan Ngawen dengan Kecamatan Klaten Utara yang merupakan wilayah perkotaan.

Jembatan tersebut hanya memiliki lebar sekitar 1 meter dengan panjang sekitar 20 meter. Melintas di atas Sungai Balong dengan kedalaman sekitar 15 meter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Badan jembatan terbuat dari rangka tua besi tulangan berbentuk kotak mirip besi rel kereta api yang karatan. Tidak ada tiang penyangga di bawah atau pengait di atasnya.

Di sisi selatan jembatan, terdapat saluran air irigasi terbuat dari besi plat yang panjangnya sama dengan jembatan dan masih berfungsi dengan baik. Tembok di ujung dan pangkal saluran belum diplaster semen seperti bangunan masa sekarang.

ADVERTISEMENT

Letak jembatan yang berada di bawah permukaan tanah 10 meter dari sekitarnya, membuat jembatan unik itu tak terlihat. Untuk mencapai jembatan itu dari arah Dusun Karasan, Desa Candirejo hanya ada satu jalan di tepi sawah dengan lebar sekitar 2,5 meter.

Mendekati jembatan, jalan akan menurun. Di ujung jembatan yang merupakan wilayah Dusun Gelang Barepan, Desa Mayungan, jalan sedikit melebar dan akan tembus ke permukiman padat penduduk.

Jembatan tersebut hanya bisa dilalui satu sepeda motor atau sepeda kayuh satu arah. Jika dari dua ujungnya ada kendaraan, salah satunya harus mengalah menunggu.

Selanjutnya: dulunya berasal sesek atau anyaman bambu...

Harto Mursi (90) warga Dusun Gelang Barepan, Desa Mayungan menuturkan, jembatan itu seingatnya dibangun zaman penjajahan Belanda. ''Itu jembatan sudah lama, seingat saya zaman Belanda," cerita Harto kepada detikcom, Sabtu (6/11/2021) siang.

Harto mengatakan jembatan itu dulunya beralas anyaman bambu, kemudian diganti papan kayu sehingga disebut sesek. Saluran air di dekatnya juga bangunan Belanda.

"Saluran air itu saluran untuk mengairi sawah di Desa Belangwetan ke selatan. Airnya dari Utara sana," kata dia.

Dulu, sambung Harto, sebelum ada jembatan itu warga jika mau lewat harus menyeberang dasar sungai. Dasar sungai ditanami sayur kangkung.

"Dulu lewat sungai, pada ditanami kangkung. Setelah ada jembatan sepeda onthel juga bisa lewat," imbuh Harto.

Sumarsih (55) warga sekitar mengatakan saat dirinya kecil jembatan sudah ada. Awalnya lantai jembatan dengan bambu, kayu, seng dan sekarang dicor.

"Dulu bambu, papan kayu, seng dan sekarang dicor. Masih digunakan warga untuk pergi ke Kota Klaten," kata Sumarsih kepada detikcom.

Jembatan kuno peninggalan Belanda di KlatenJembatan kuno peninggalan Belanda di Klaten (Foto: Achmad Syauqi/detikcom)

Kades Candirejo, Kecamatan Ngawen, Farah Dedi Setiawan menjelaskan jembatan tersebut di perbatasan desa. Sejauh ingatan warga, jembatan itu sudah pernah diperbaiki beberapa kali lantainya.

"Jembatan sesek itu perbatasan ada di Desa Candirejo dan Mayungan. Peninggalan zaman Belanda," ungkap Dedi kepada detikcom.

Menurut Dedi, jembatan itu terbuat dari besi rel kereta api. Lantainya terakhir papan kayu tapi rusak.

"Pernah diperbaiki. Dulu itu pakai besi rel kereta bawahnya, papan blabak (papan) kayu terus usang kayu banyak yang amblong (jebol), kemudian diperbaiki seperti sekarang ini," jelas Dedi.

Jembatan kuno tersebut hingga kini masih digunakan warga belum ada jembatan pengganti yang lebih memadai.

"Dulu mau dibangunkan jembatan pengganti di atas Sungai Balong ke Perumahan Griya Prima, sejak zaman Presiden Pak Harto. Tapi sampai sekarang Ndak tahu," ungkap warga sekitar, Sumarsih (55) kepada detikcom, Sabtu (6/11/2021) siang.

Diceritakan Sumarsih, untuk mengganti jembatan kuno itu semula akan dibangun jembatan besar pengganti di sisi timurnya berjarak 20 meter. "Dulu mau dibangun tapi tidak jadi, sehingga lokasi itu ambrol. Lalu digunakan warga untuk memandikan ternak kerbau sapi atau mencuci mobil," terang Sumarsih.

Halaman 2 dari 2
(mbr/mbr)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads