Warga pesisir pantai utara di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, khawatir abrasi semakin mendekat ke permukiman. Setiap tahun, daratan yang terkikis gelombang pasang air laut ini disebut mencapai 30 meter.
Salah satu warga Desa Randusanga Wetan, Brebes, Iswanto (46), mengatakan selama abrasi berlangsung, sudah banyak lahan tambak yang lenyap tenggelam. Bahkan beberapa rumah warga juga terdampak.
Iswanto mengaku lahan tambak miliknya sudah tidak berbekas. Tambak luas 6.500 meter persegi miliknya hilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itu tambak satu-satunya milik saya, luasnya 6.500 meter persegi. Sejak tahun 2015 lalu terkena abrasi dan sekarang sudah tidak ada bekasnya, sudah jadi laut," ujar Iswanto saat ditemui, Kamis (14/10/2021).
Lahan tersebut, kata dia, merupakan satu-satunya sumber penghidupan keluarga. Sebelum tenggelam, tambak ini digunakan untuk budi daya ikan bandeng. Akibat abrasi ini, Iswanto pun kehilangan sumber mata pencahariannya.
"Dulu ditanami bandeng. Hasilnya lumayan bisa untuk menghidupi keluarga. Sekarang banyak kemasukan pasir laut, tidak ada bekasnya lagi," ucapnya.
![]() |
Sementara itu, Kepala Desa Randusanga Wetan, Swi Agung Kabiantara, mengungkapkan lahan tambak yang hilang itu sekitar 50 hektare dan berada di bibir pantai. Abrasi itu juga berdampak pada 250 hektare tambak lain karena tidak bisa digunakan untuk kegiatan budi daya ikan.
"Sekitar 50 hektare yang hilang. Kemudian ada 250 hektare tambak lain yang ikut terdampak karena abrasi ini. Sebabnya karena rusak dan tidak bisa difungsikan," ungkap Agung.
Lebih lanjut dijelaskan, kerusakan tambak ini berupa terkikisnya tanggul pembatas. Sehingga setiap kali terjadi pasang, air laut masuk ke tambak.
Selengkapnya di halaman selanjutnya...
Selain menghilangkan tambak, abrasi juga membuat beberapa rumah warga terendam air laut. Rumah warga ini setiap hari terendam air karena posisi rumah lebih rendah dari laut.
"Rumah Pak Giyanto, misalnya. Rumah itu sudah ditinggal pemiliknya sejak lima tahun lalu, karena sering terendam air rob. Sementara, beberapa rumah sebelahnya sudah ditinggikan untuk menghindari air rob," kata Agung.
Menurutnya, abrasi di wilayahnya tergolong sangat cepat. Terjangan gelombang laut setiap tahun mengikis daratan sepanjang 30 meter dari bibir pantai.
"Per tahun daratan kita yang hilang itu sekitar 30 meter. Dikhawatirkan lambat laun abrasi ini bisa sampai di permukiman. Jadi kami berharap ada solusi konkret seperti pembangunan pemecah gelombang seperti di Kota Tegal. Di Kota Tegal pesisir pantainya masih utuh," imbuhnya.