Desa Pondok, Kecamatan Karanganom, Klaten, Jawa Tengah menjadi saksi sejarah masa kejayaan bioskop pada tahun 1970 hingga 1980-an. Jejak kejayaan bioskop di desa itu masih bisa dilihat sebab bekas gedung bioskop itu kini menjadi kantor desa.
"Iya, gedung ini dulunya gedung film (bioskop). Tapi di awalnya malah tobong ketoprak," ungkap Kasi Kesra Pemerintah Desa Pondok, Jumain (55), pada detikcom, Selasa (12/10/2021).
Menurut Jumain, gedung itu dibangun sekitar tahun 1967. Awalnya bangunan tersebut berbentuk sederhana dengan atap anyaman daun kelapa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pantauan detikcom di lokasi hari ini, balai desa terletak di tepi jalan raya menuju objek wisata air Ponggok, Kecamatan Polanharjo. Bangunan gedung berarsitektur lama menyerupai benteng.
Di bagian depan atas, tiga jendela yang dijadikan ruang kru pemutar bioskop masih terpasang. Hanya bagian bawah sudah dirombak dengan gaya minimalis sebab menjadi kantor desa.
Di dalam gedung, atap daun kelapa sudah diganti kerangka kayu dan genteng. Di ujung gedung, panggung yang dulu tempat layar bioskop dan pentas ketoprak masih ada.
"Bentuknya sudah tembok sebagian, tapi atapnya dulu terbuat dari anyaman daun kelapa (blarak). Sebelum bioskop sempat untuk panggung ketoprak," sambung Jumain.
"Dibangun swadaya masyarakat desa tapi tidak untuk kantor, penonton bayar pon seikhlasnya. Dulu kantor desa kan di rumah Kades," lanjut dia.
Grup ketoprak yang pentas, sebut Jumain, biasanya grup lajon atau berpindah-pindah, termasuk beberapa grup besar. Grup ketoprak Siswa Budaya dan Wahyu Budaya sering pentas di lokasi itu.
"Wahyu Budaya, Siswa Budaya, Sastra Pletot, dan lainnya sampai ada yang beranak pinak di sini. Saat tidak ada pentas ya buat bioskop," lanjut Jumain.
Penonton bioskop, imbuh Jumain, juga dari berbagai daerah di Klaten. Meskipun desanya jauh dari kota Klaten dan bukan kota kecamatan, kursi penonton selalu penuh.
"Penonton bioskop selalu penuh dari berbagai daerah. Dulu kan tidak banyak sarana hiburan jadi betul- betul ramai," papar Jumain.
Ditambahkan Jumain, gedung bioskop desanya mungkin paling awal dibandingkan bioskop lainnya. Setelah bisnis bioskop surut kini difungsikan untuk kantor desa.
"Sejak tahun 1990 an sudah tidak digunakan karena banyak hiburan lain. Sekarang yang depan untuk kantor desa, di belakang untuk gedung serbaguna, pengajian, rapat sampai bulu tangkis," pungkas Jumain.
Kaur Perencanaan dan Umum, Pramana (54), menambahkan seingatnya dulu tiap hari ada pemutaran pertunjukan di bioskop itu. Namun paling ramai selalu pada malam Minggu.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...