Menyingkap Makna Celeng di dalam Partai Banteng

Menyingkap Makna Celeng di dalam Partai Banteng

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Selasa, 12 Okt 2021 10:37 WIB
Massa DPC PDI Perjuangan Jakarta Timur (Jaktim) melakukan longmarch dari Jalan Matraman Raya menuju Polres Jakarta Timur.
PDIP (Foto: Rifkianto Nugroho)
Solo -

Deklarasi dukungan capres 2024 untuk Ganjar Pranowo yang dilakukan kader PDIP di Purworejo berbuntut panjang. Ungkapan celeng dari Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Wuryanto atau Bambang Pacul dibalas dengan istilah bebek dan beo oleh Wakil Ketua DPC PDIP Purworejo Albertus Sumbogo.

Pakar komunikasi politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Sri Hastjarjo, menyebut penggunaan simbol hewan tersebut digunakan untuk membentuk label. Cap atau label tersebut kemudian dapat membentuk wacana publik.

"Dalam politik itu wacana menjadi penting, karena akan digunakan untuk membangun persepsi publik di internal partai maupun eksternal," kata Hastjarjo saat dihubungi detikcom, Selasa (12/10/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bagi internal, statement Mas Bambang Pacul bisa menjadi label bagi siapa saja yang ada di barisan celeng atau bersimpati dengan mereka (pendukung Ganjar), berarti mereka tidak mau tunduk kepada partai," imbuhnya.

Sementara dari sisi sebaliknya, Hastjarjo menyebut para kader pendukung Ganjar tidak mau dicap pembelot. Maka mereka pun memberi balasan dengan menyebut bebek.

ADVERTISEMENT

"Kalau nanti di-crosscheck, pasti kader-kader yang dituding itu akan mengatakan bahwa mereka itu loyal kepada partai, mereka menganggap aspirasi mereka hanya untuk kebaikan partai. Makanya mereka memberikan reaksi balik," kata dosen FISIP UNS itu.

Hastjarjo juga menilai bahwa pemilihan kata celeng oleh Bambang Pacul bukan sekadar untuk melabeli kader. Kata tersebut juga sebuah adagium untuk pembanding kata banteng.

"Secara teknik retorika, terjadi permainan rima ketika kata celeng disandingkan dengan kata banteng. Bunyinya mirip, tetapi makna kedua kata itu bertolak belakang. Teknik ini biasanya digunakan untuk menegaskan makna yang ingin disampaikan oleh seseorang," ungkap dia.

Kata banteng sendiri menurutnya memiliki simbol kuat, berani dan kokoh. Sementara celeng memiliki simbol liar dan destruktif, bahkan bagi warga Jateng kata ini dianggap cukup kasar.

"Sedangkan bebek itu mencerminkan tidak memiliki pendirian sehingga hanya ikut-ikutan. Beo juga sama, dianggap hanya bisa mengikuti orang lain, tidak punya pendirian," pungkasnya.

(bai/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads