Internal PDI Perjuangan (PDIP) bergejolak ketika muncul sebutan celeng untuk kader yang sudah mendukung calon presiden (capres) 2024. Lantas bagaimana tanggapan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, kader PDIP, yang sudah mendapat dukungan dari sejumlah pihak untuk maju Pilpres 2024?
Ganjar Pranowo memang selalu enggan berkomentar soal isu Pilpres 2024 meski berbagai kelompok sudah menggelar deklarasi. Terkait sebutan celeng itu, Ganjar menganggapnya sebagai pengingat.
"Itu mengingatkan agar semua tertib," kata Ganjar singkat saat ditanya wartawan soal istilah celeng dalam polemik pilpres di internal PDIP, di kantornya, Semarang, Senin (11/10/2021).
Ketika ditanya soal banyaknya deklarasi dukungan terhadap dirinya sebagai capres, Ganjar kembali menjawab saat ini dia sedang fokus menangani pandemi COVID-19.
"Lagi ngurusi COVID," tegasnya.
Untuk diketahui, kemunculan istilah celeng itu berawal dari pernyataan Ketua DPD PDIP Jawa Tengah (Jateng) Bambang Wuryanto. Bambang Wuryanto menyebut kader PDIP pendukung Ganjar bukan banteng, melainkan celeng.
"Adagium di PDIP itu, yang di luar barisan bukan banteng, itu namanya celeng. Jadi, apa pun alasan itu yang deklarasi, kalau di luar barisan ya celeng," kata Bambang saat dijumpai di Sukoharjo, Sabtu (9/10).
Baca juga: Gejolak Polemik Banteng Vs Celeng di PDIP |
Pria yang akrab disapa Bambang Pacul itu tidak masalah jika pernyataan tentang para pendukung Ganjar itu dianggap keras. Bambang Pacul menegaskan bahwa urusan capres dan cawapres 2024 berada di tangan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"'Keras sekali kau Pacul', ya memang begini. Itu untuk menunjukkan garis yang benar. Di Kongres V itu jelas capres cawapres di tangan ketua umum," terang Bambang Pacul.
Sementara itu, Wakil Ketua DPC PDIP Purworejo Albertus Sumbogo menanggapi pernyataan Bambang Pacul itu. Ia justru dengan tegas menyebut kepemimpinan Bambang Pacul di Jateng melahirkan kader PDIP bermental bebek.
"Di bawah tekanan kepemimpinan beliau (Bambang Wuryanto) lahirlah kader-kader dengan mental babu, bebek dan beo," kata Sumbogo saat dihubungi, Minggu (10/10).
"Ini bukan yang pertama beliau mengatakan hal tersebut, terutama dalam rangka merapatkan barisannya, supaya tidak seorang pun dari kader PDIP berani berbeda pendapat dan tetap tunduk pada otoritas 'diktator Pacul', dengan analogi bahwa barisan kader ini militeristik sifatnya," imbuhnya.
(rih/sip)