Pilu Ibu di Klaten, Anaknya Mendadak Buta-Suami Pergi Tak Tahu Rimbanya

Pilu Ibu di Klaten, Anaknya Mendadak Buta-Suami Pergi Tak Tahu Rimbanya

Achmad Syauqi - detikNews
Senin, 11 Okt 2021 15:42 WIB
Umiyatun (32) dan anaknya Rangga Dimas Iskandar (6) yang kini tak bisa melihat.
Potret Umiyatun (32) dan anaknya Rangga Dimas Iskandar (6) (Foto: Achmad Syauqi/detikcom)
Klaten -

Senyum riang selalu tersungging di wajah Rangga Dimas Iskandar (6). Bocah asal Klaten, Jawa Tengah ini tak menunjukkan raut sedih meski kini tak bisa lagi melihat dan tak bersekolah.

Siswa kelas 1 SD itu baru Februari lalu kehilangan penglihatannya. Sang ibu, Umiyatun (32), menuturkan mulanya putra semata wayangnya itu hanya mengalami kejang-kejang.

"Awalnya bulan Februari lalu kejang. Padahal demamnya tidak tinggi karena cuma sekitar 38 derajat," ungkap Umiyatun kepada detikcom, Senin (11/10/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Umiyatun pun tak menyangka demam itu membuat putra kesayangannya kehilangan penglihatan. Kini mata Rangga lebih banyak terpejam dan bila terbuka tampak semacam selaput putih di kedua bola matanya.

Beruntung Rangga bukan anak yang pemurung, meski tak bisa melihat lagi, dia tetap ceria. Bocah itu pun tampak aktif meraba-raba ruangan yang dilewatinya.

Umiyatun menuturkan Rangga sempat dibawa ke salah satu RS milik pemerintah di Klaten. Kala itu anaknya sempat dirawat selama 10 hari dan kondisinya sempat membaik.

ADVERTISEMENT

"Menginap 10 hari terus pulang. Setelah di rumah muncul bintik pada seluruh tubuh mirip cacar air dan saya bawa kembali ke RS," sambung Umiyatun.

Umiyatun pun mengenang kata dokter soal bintik di tubuh Rangga. Kala itu bintik-bintik itu disebut karena alergi obat karena warnanya merah dan menyerupai luka bakar.

"Warnanya merah seperti luka bakar. Yang terakhir, setelah halus lalu kedua matanya yang kena dan tidak bisa melihat," kata Umiyatun.

Masih ada harapan untuk sembuh

Pihaknya pun sempat membawa Rangga ke RSUP Dr Sardjito di Yogyakarta. Dengan menggunakan kartu KIS, anaknya sempat mendapatkan penanganan dan ditemukan selaput yang menutupi kedua bola mata Rangga.

"Tertutup semacam selaput warna putih. Tapi kata dokter kemungkinan masih bisa disembuhkan," ungkap Umiyatun.

Sejak kunjungan ke RSUP Dr Sardjito itu, dia belum membawa Rangga berobat lagi karena menunggu rekam otak. Otomatis, sejak saat itu anaknya belum masuk sekolah.

"Sekolah kelas satu, tapi tidak masuk, kadang mau dan kadang tidak. Padahal yang lain sudah tetap muka," jelas Umiyatun.

Umiyatun menerangkan putranya itu sempat masuk sekolah. Namun karena kesulitan menulis meski sudah diajari gurunya, bocah itu kadang emosi.

"Kadang emosi kalau diajari, kenanya kan waktu setelah TK dan mau masuk kelas satu. Kadang emosi sebab sebelumnya bisa baca tulis tapi mendadak tidak bisa," imbuh Umiyatun.

Selengkapnya Umiyatun kini menganggur, suami pergi tak diketahui rimbanya...

Sejak Rangga tak bisa melihat lagi, Umiyatun pun berusaha selalu menemani anaknya. Dia pun kini kehilangan pekerjaan sebagian buruh serabutan dan hanya mengandalkan hasil dari ibunya yang bekerja sebagai buruh tani.

"Ya tidak bisa kerja, harus nunggu. Dulu ya bantu-bantu tetangga atau menjaga toko," tutur Umiyatun.

Suami pergi tanpa ada kabar lagi

Perjuangan Umiyatun tak berhenti di situ. Suaminya Dias (35) hingga saat ini tak diketahui ke mana rimbanya.

"Ayahnya kerja di kapal. Berangkat bulan Juni lalu, kondisi Rangga dia ya tahu tapi ya ditinggal begitu. Sampai sekarang tidak bisa dihubungi. Dulu saat HP-nya aktif saja tidak bisa, mungkin sengaja atau tidak saya tidak tahu," ujar Umiyatun pilu.

Beruntung Rangga tak banyak bertanya soal keberadaan ayahnya. Selama ini, bocah itu memang lebih dekat dengan ibunya.

"Saya di rumah sedang ibu saya ke sawah. Untungnya Rangga tidak sering bertanya karena setiap harinya sama saya," cerita Umiyatun.

Umiyatun pun kebingungan untuk mencari uang pengobatan Rangga. Selain tak punya pekerjaan tetap, dia juga hanya tinggal menumpang di rumah milik tetangganya.

"Rumah ini saja menumpang, ini rumah tetangga daripada nganggur diminta menempati. Rumah ini milik orang lain tapi anaknya sudah jauh-jauh jadi bisa kami tempati," terang dia.

"Ya tidak tahu mau ke mana nanti, penginnya ya punya rumah atau tanah sediri. KTP saya bukan di sini (Sidowayah) tapi di Klaten Utara, dulu ibu saya tinggal di Medan terus pulang ke Klaten, sambung Umiyatun.

Umiyatun (32) dan anaknya Rangga Dimas Iskandar (6) yang kini tak bisa melihat.Umiyatun (32) dan anaknya Rangga Dimas Iskandar (6) yang kini tak bisa melihat. Foto: Achmad Syauqi/detikcom

Terpisah, keponakan Umiyatun, Maryatun, mengatakan pihak keluarga terus mengupayakan agar Rangga pulih. Terutama agar bisa melihat lagi.

"Kita ingin Rangga sembuh, bisa melihat lagi. Kemarin sempat juga saya bawa ke Semarang," ungkap Maryatun yang datang menengok keluarganya itu.

Maryatun menambahkan selama ini Umiyatun dan keluarganya kerap dibantu oleh aparat desa setempat. "Ini rumah Pak Suroto, jadi bukan rumah sendiri tapi masih keluarga. Untuk makan pak lurah (Kades Sidowayah) pagi ke sini membantu makanan," terangnya.

Sementara itu, Kades Sidowayah, Mujahid Jariyanto mengaku kesulitan untuk mengakses bantuan bagi Umiyatun dan keluarganya. Sebab, mereka tidak ber-KTP di wilayahnya.

"KTP-nya di Klaten Utara, Gergunung atau sangkal Putung persisnya saya ndak tahu. Tapi untuk sekadar makan kami bantu. Kalau mau pindah KTP juga tidak masalah, pemerintah desa juga siap dan lebih mudah membantu," tutur Mujahid.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads