Seorang pria berusia lanjut usia tinggal sendirian di tengah permakaman Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Pasran (79) nama pria itu mengaku tinggal di tengah lokasi itu karena ada masalah dengan keluarga.
"Saya tinggal di sini sudah 14 tahun. Dulu gubuk kecil, sekarang tahun kemarin dibangunkan Pak Kaji Rumain rumah ini," kata Pasran ditemui di kediamannya Desa Piji Kecamatan Dawe, Senin (29/9/2021).
Pantauan di lokasi rumah milik Pasran berada di pemakaman Punden Dalem Imam Sudirono Desa Puyoh Kecamatan Dawe. Rumah yang ditinggali cukup sederhana, hanya terbuat dari bambu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah milik Pasran berukuran 3x6 meter. Tidak ada penerangan listrik. Dia hanya menggunakan lilin untuk penerangan saat malam hari.
Di depan rumah langsung pemandangan permakaman umum dan lokasi tidak jauh dari Punden Dalem Imam Sudirono. Di depan rumahnya tampak ada setumpuk kayu yang dikumpulkan mbah Pasran untuk nantinya dijual.
Pasran bercerita bisa tinggal di kawasan permakaman karena dulunya ada masalah dengan istri dan anaknya. Hingga akhirnya dia memilih untuk tinggal di makam.
"Saya tinggal di Dukuh Bener (Desa Piji Kecamatan Dawe) sama istri dan anak. Saya dulu bekerja di tempat saya sendiri sama istri. Terus saya disuruh minggat, saya cari tempat di sini (tinggal di makam)," ungkap dia.
Menurutnya tanah yang ditinggali merupakan milik Pemdes Puyoh Kecamatan Dawe. Lokasi makam itu perbatasan dengan Desa Piji Kecamatan Dawe asal dia tinggal bersama keluarganya dulu.
"Ini tanah makam desa, ini ikutnya Desa Puyoh (Kecamatan Dawe)," terang dia.
Pasran mengaku untuk memenuhi kebutuhan hidup biasanya mendapatkan bantuan dari warga sekitar. Dia pun mengaku mencari kayu untuk dikumpulkan dan kemudian dijual. Hasilnya untuk membeli beras.
"Kesehariannya seperti ini. Pemelihara ayam, bersih-bersih makam, cari kayu. Saya bantu bersih-bersih punden," jelas Pasran.
"Kalau ada lebaran diberikan sedekah warga Desa Puyoh," ungkap dia.
Dia mengaku belum pernah mendapatkan bantuan dari Pemerintah Desa Piji. Padahal secara administrasi, Pasran merupakan warga Desa Piji.
"Belum pernah dapat bantuan. Kalau sakit ya diambil Yang Maha Kuasa, itu malah yang saya pinta. Yang saya minta tidak ada masalah, diberikan kesehatan," jelas Pasran.
"Istri meninggal barusan belum seratusan. Istri ikut anak. Saya di sini 14 tahun. Saya makan diberi warga Derjo (Desa Puyoh) kampung Bener (Desa Piji) tidak ada bantuan," sambung dia.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Diwawancara terpisah, Sekdes Piji, Jumain, membenarkan Pasran merupakan warga Desa Piji. Menurutnya Pasran tinggal di makam punden Dalem Imam Sidirono yang lokasi perbatasan dengan Desa Puyoh Kecamatan Dawe. Disebutkan Pasran tinggal sendiri karena dulu sempat ada masalah dengan keluarganya.
"Itu kesalahpahaman sama anak atau keluarga terus dia pergi. Perginya itu ke tempat warga juga ke Dukuh Bakaran (Desa Piji) juga pernah terus terakhir ini ke Punden Dalem Makam Mbah Imam Sudirono," jelas Jumain ditemui di Balai Desa Piji siang ini.
Menurutnya dulu pemdes sempat melakukan mediasi antara Pasran dengan keluarganya. Namun tidak berbuah hasil. Pasran tetap memilih tinggal sendirian di makam tersebut.
"Dari desa saya sendiri wilayah situ yang sudah pernah saya ajak pulang sama anaknya itu dia tidak mau pulang. Alasannya memang asalnya Pasran orang Gembong, Pati itu memang dia ke situ tidak bawa ke apa-apa lha terus pernah ada kesalahpahaman sama keluarga mungkin diusir saya tidak tahu," ungkap dia.
"Belasan belum ada, paling sekitar tujuh tahun (tinggal di makam)," sambung dia.
Menurutnya Pasran kesehariannya bekerja mencari kayu. Disebutkan Pasran pun masih punya keluarga yang tinggal di Desa Piji.
"Untuk bantuan dia diajak balik pulang ke rumah anaknya tidak mau. Karena di situ ada keluarga empat orang, ya diprioritaskan yang di rumah itu. Masalahnya butuh nafkah juga, terus bapaknya itu tidak mau tanggung jawab keluarga," ungkapnya.