Dosen dan peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. dr. Adi Utarini ditetapkan menjadi salah satu dari 100 orang paling berpengaruh dunia 2021 versi TIME. Adi Utarini pun mengaku bangga dengan capaian tim peneliti internasional dari Program Nyamuk Dunia (WMP) untuk mencegah ancaman penyakit yang dibawa oleh nyamuk demam berdarah.
"Tentu bersyukur. Itu buat saya kan artinya apa yang dirintis oleh seluruh tim World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta sejak 2011 sampai saat ini itu artinya diapresiasi, dihargai, dan disemangati oleh berbagai pihak," kata Adi Utarini saat dihubungi wartawan, Kamis (16/9/2021).
Adi Utarini menyebut prestasi ini menjadi kebanggaan bukan hanya bagi tim peneliti tapi juga Indonesia. Terlebih nama Adi Utarini pun kini bisa disejajarkan dengan tokoh-tokoh beken lainnya.
Selain dirinya, tahun ini Pangeran Harry dan Meghan Markle juga terpilih sebagai ikon dari orang-orang paling berpengaruh. Adi Utarini pun mengaku tidak pernah membayangkan namanya disejajarkan dengan para tokoh tersebut.
"Bagi saya begini, itu jelas sebagai apresiasi, penghargaan terhadap orang dan kami terus terang nggak pernah berpikir ini disejajarkan dengan tokoh-tokoh itu, kita tidak berpikir seperti itu. Ya kita berpikirnya mengerjakan penelitian ini dengan sebaik-baiknya dan kalau kemudian diapresiasi ya alhamdulillah," ungkap wanita yang karib disapa Uut ini.
Meski mendapatkan penghargaan, dia tak mau jemawa. Dia memilih tetap fokus untuk mengembangkan penelitiannya bersama tim WMP Yogyakarta.
"Penghargaan seperti ini disyukuri, tapi di lain sisi namanya manusia itu kadang kalau diberi penghargaan kan malah cobaan yang lebih berat daripada kesedihan. Saya tidak ingin hal-hal seperti ini lalu membuat kita lengah, lalu sombong, kemudian kita menganggap penelitian ini sudah sempurna, tidak," tegasnya.
"Ya semuanya ini kita syukuri kita juga bangga. Saya sangat bangga terhadap tim peneliti WMP Yogyakarta dan bangga ke masyarakat Yogyakarta, pemerintah daerah, dan founder. Tanpa itu kan peneliti tak bisa berbuat banyak," sambung Uut.
Penelitian nyamuk yang bawa Adi Utarini mendunia
Adi Utarini kemudian menjelaskan soal penelitiannya soal nyamuk. Mereka melakukan inokulasi nyamuk ini dengan Wolbachia. Bakteri ini tidak berbahaya bagi manusia, tapi mampu membuat nyamuk tidak menularkan demam berdarah dari gigitannya.
Teknologi Wolbachia ini telah melalui uji efikasi dan selesai pada Agustus 2020 lalu. Uut bersama tim kemudian mengimplementasikan teknologi ini di Kabupaten Sleman melalui program Si Wolly Nyaman.
"Setelah hasil uji efikasi Wolbachia selesai di Agustus 2020, saat ini kami fokus dalam implementasi teknologi Wolbachia di Kabupaten Sleman melalui program Si Wolly Nyaman, Wolbachia-Nyamuk Aman Cegah DBD di Sleman. Dalam program ini kami bekerja sama dengan Pemkab Sleman melalui Dinas Kesehatan Sleman," jelas Uut.
Selengkapnya di halaman berikutnya..
(ams/rih)