Kisah Mbah Sarmi Sembunyi dalam Bungker Tiap KA Tiba di Stasiun Tanggung

Stasiun KA Tertua di Indonesia

Kisah Mbah Sarmi Sembunyi dalam Bungker Tiap KA Tiba di Stasiun Tanggung

Manik Priyo Prabowo - detikNews
Sabtu, 14 Agu 2021 12:23 WIB
Grobogan -

Sebagai stasiun tertua di Indonesia, Stasiun Tanggung di Tanggungharjo Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah menyimpan sejarah panjang masa penjajahan Belanda dan Jepang. Seorang warga yang tinggal di dekat stasiun itu, Mbah Sarmi, menceritakan pengalaman mencekam yang dia alami semasa muda setiap kereta api uap kala itu tiba di Stasiun Tanggung. Seperti apa kisahnya?

"Mbiyen iku nek enek suworo arem, langsung podo mlayu mburi omah mlebu guwo. Aku njupuk sego disik ben seng neng guwo gak podo ngeleh. (Dulu itu kalau ada suara alarm -kereta api- langsung pada lari sembunyi di dalam gua -bungker-. Saya mengambil nasi dulu untuk dibawa ke gua biar tidak kelaparan)," jelas Mbah Sarmi saat berbincang dengan detikcom, di rumahnya Dusun Sendang Sari, Desa Sugih Manik, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, Senin (9/8/2021).

Nenek yang mengaku telah berusia sekitar 100 tahun ini masih menyimpan kenangan hidupnya saat masa sebelum kemerdekaan. Sebagai rakyat kecil, ia yang sejak dahulu hidup di sekitar stasiun tertua di Indonesia ini hampir setiap hari mendengar suara tanda tibanya kereta api pembawa pasukan penjajah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karena takut ditembak atau diajak kerja rodi, warga yang tinggal di dekat Stasiun Tanggung saat itu memilih sembunyi di dalam bungker buatan mereka sendiri. Dalam satu bungker, kata Mbah Sarmi, bisa dihuni lebih dari 5 orang. Di dalam bungker-bungker milik warga itu hanya ada meja, kursi, lampu teplok atau lampu sentir.

"Meh mbendino arem muni. Saben muni yo mlayu mburi omah mumpet nek guo, gowo mangan karo lampu tok. Paling suwi meh rong dino. Paling cepet mumpet yo awan tekan mari maghrib wes wani metu. (Hampir setiap hari alarm berbunyi. Setiap dengar suara alarm ya lari ke belakang bersembunyi di bungker bawa makanan saja. Paling lama sembunyi hampir dua hari. Tapi paling cepat sembunyi ya siang sampai sore usai salat maghrib baru keluar)," katanya.

ADVERTISEMENT
Mbah Sarmi, saksi sejarah Stasiun Tanggung, Grobogan, Sabtu (14/8/2021).Mbah Sarmi, saksi sejarah Stasiun Tanggung, Grobogan, Sabtu (14/8/2021). (Foto: Manik Priyo Prabowo/detikcom)

Tak pernah merasakan sekolah, Mbah Sarmi bercerita hidupnya di masa penjajahan diisi dengan kegiatan memasak, berkebun, dan bersembunyi dari pasukan penjajah.

"Nggak pernah ngerti ono tembak-tembakan opo bom. Neng pernah ngerti nek londo iku gowo tank. Mbiyen yo ngertine gerobak rodone enek taline. Neng wit ngerti jenenge tank yo tak sebut tank. (Tidak pernah ada suara tembak-tembakan atau bom. Tapi pernah tahu kalau ada tentara Belanda membawa tank. Dulu awalnya ya disebut gerobak yang rodanya pakai rantai. Tapi sejak tahu namanya tank, ya saya bilang gitu)," urainya mengenang masa lalu sembari makan pisang goreng ditemani segelas teh hangat.

Hingga akhirnya Mbah Sarmi mengetahui berita tentang Kemerdekaan Indonesia dari siaran radio. Setelah mendengar berita kemerdekaan itu, barulah Mbah Sarmi dan warga lain berani mendatangi Stasiun Tanggungharjo atau Stasiun Tanggung.

Stasiun itu akhirnya dibuka sebagai stasiun untuk masyarakat umum. Bahkan Mbah Sarmi kala itu menjadi sering ke Kota Semarang untuk menjual kayu bakar dan daun pisang.

"Yo iku bar merdeka aku lagi wani metu. Dodolan nek stasiun, opo gowo kayu ro godong nek Semarang. Sepure gede ireng lan dowo. Aku numpkh nek sambungan nggak wani mlebu lingguh. (usai merdeka saya bau berani keluar. Jualan nasi di kereta sampai kayu bakar dan daun pisang ke Kota Semarang)," lanjutnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Sejarawan sekaligus dosen Metodologi Sejarah Universitas Negeri Semarang Prof Dr Warsino M Hum menambahkan pergi ke Kota Semarang dengan kereta api merupakan salah satu kehidupan baru warga desa setelah kemerdekaan. Masyarakat desa biasanya pergi ke kota untuk menjual hasil alam, seperti kayu, dedaunan, dan rempah-rempah.

"Di sinilah puncak dari kemerdekaan dan kebebasan di jaman penjajahan dulu. Dulu masyarakat takut, lari dan bahkan sembunyi jika melihat tentara. Namun usai Pak Karno mendeklarasikan kemerdekaan RI, masyarakat kembali bebas dan sampai saat ini," ujar Warsino saat berbincang dengan detikcom, Selasa (10/8).

Tentang Stasiun Tanggung, Stasiun Tertua di RI

Warsino menjelaskan lebih lanjut tentang jalur KA tertua yang berada di Semarang-Solo ini dulu dikenal sebagai daerah Surakarta.

Sebelum ada jalur kereta api, jalur perdagangan dan perekonomian ekspor ke Eropa yakni melalui jalur jalan darat yang kini dikenal dengan jalur tengah Semarang-Yogyakarta dan Solo-Semarang.

Namun dalam desakan swasta di era perekonomian pemerintah Belanda tahun 1864, jalur darat menggunakan truk akhirnya beralih ke jalur kereta api.

Pihak swasta saat itu mendesak pemerintahan Hindia Belanda untuk mempermudah distribusi hasil alam. Diantaranya gula, kopi dan nira.

Dari situlah proses pembangunan tiga stasiun kereta api di jalur tengah tersebut dimulai pada 1864.

"(Tiga stasiun yang dibangun di jalur tengah) Yakni stasiun Kemijen, Stasiun Tawang dan Stasiun Tanggungharjo. Dari tiga stasiun ini diperkirakan Stasiun Tanggung yang kecil jadi, selesai lebih dahulu. Sebab Belanda waktu itu mengejar pembangunan transportasi kereta api dari Kota Semarang ke Surakarta dan berakhir Yogyakarta," jelas Warsino saat dihubungi detikcom, Selasa (10/8).

Sejarawan, dosen Metodologi Sejarah Universitas Negeri Semarang Prof Dr Warsino M Hum.Sejarawan, dosen Metodologi Sejarah Universitas Negeri Semarang Prof Dr Warsino M Hum. (Foto: dok pribadi)

Ada dua sesi pembangunan jalur kereta api, sesi pertama yakni pembangunan jalur dari Stasiun Tanggungharjo ke Semarang dan sesi kedua yakni dari Tanggungharjo hingga Surakarta. Jalur KA yang pertama dibangun ini jauhnya sekitar 26 Km. Jalur ini merupakan penunjang kebutuhan material saat itu.

Selanjutnya jalur yang dibangun yakni dari Surakarta menuju Yogyakarta. Jalur ekonomi ini adalah jalur pemerintah Hindia Belanda mengeksport hasil alam ke Eropa termasuk Belanda sendiri.

Manajer Humas KAI Daop 4 Semarang Krisbiyantoro menegaskan, Stasiun Tanggung di Tanggungharjo merupakan stasiun tertua di Indonesia yang statusnya masih aktif hingga saat ini.

"Jadi Stasiun tertua (di Indonesia) yang masih aktif statusnya adalah Stasiun Tanggung. Dulu namanya Stasiun Tangung dan stasiun ini bahkan bisa masuk kategori stasiun pertama di Indonesia. Karena Kemijen itu bukan stasiun, melainkan Shelter," papar Manajer Humas KAI Daop 4 Semarang Krisbiyantoro saat dihubungi detikcom, Kamis (12/8).

Jalur KA pertama di Indonesia ini merupakan jalur ekonomi penunjang ekspor sumber daya alam dari Indonesia ke Eropa kala itu. Oleh karena itu Pemerintah Daerah Grobogan dan Provinsi Jawa Tengah menetapkan Stasiun Tanggungharjo ini sebagai cagar budaya.

Hingga saat ini Stasiun Tanggungharjo masih aktif melayani penumpang jalur Semarang-Solo. Keaslian bangunannya, kata Krisbiantoro, disebut hingga kini masih terjaga hingga 90 persen sejak pertama kali dibangun.

"Kita rawat dan kita jaga keasliannya. Setiap ada yang usang atau rusak seperti atap dan kayu kita ganti semirip mungkin dari bahan awal dibangun," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads