Harga satu set tabung oksigen meningkat selama masa pandemi virus Corona atau COVID-19. Di Kabupaten Pekalongan, salah satu warga bahkan membeli satu set oksigen dengan harga gila-gilaan mencapai Rp 6,8 juta untuk ukuran tabung satu kubik.
Peristiwa itu dialami salah satu warga Pekalongan bernama Aji pada Senin (19/7) lalu. Kala itu dia membeli satu set tabung oksigen di salah satu apotek untuk perawatan orang tuanya di rumah.
"Ya itu, saya beli di apotek Kajen satu set tabung oksigen ukuran satu kubik seharga Rp 6,8 juta," kata salah seorang warga, Aji, saat ditemui wartawan, Senin (26/7/2021).
Pihak apotek pun mengakui sempat menjual satu set tabung oksigen dengan harga tertinggi pada Senin (19/7) lalu. Pemilik apotek Gema Farma, Yopi Maulana, menyebut harga satu set oksigen memang naik turun, dan harga yang dijual itu tinggi karena pihaknya juga membeli dengan harga tinggi.
"Kita dapat harganya sudah tinggi, otomatis kita jual juga tinggi, menyusaikan gitu. Sedangkan kalau dapatnya harga murah, nggak mungkin kita jual harga segitu. Kita juga tak mau monopoli harga oksigen. Sudah dari sananya," kata Yopi saat dimintai konfirmasi, Senin (26/7) lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, pihak Pemkab Pekalongan juga mengaku tidak tahu harga eceran tertinggi (HET) satu set tabung oksigen. Antara Dinas Kesehatan (Dinkes) Pekalongan dengan Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop UKM) saling lempar.
"Hubungi dinas Perindag atau perekonomian ya," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pekalongan, Setiawan Diantoro.
Kepala Disperindagkop UKM Pekalongan Hurip Budi Riyantini mengaku tidak mengetahui HET satu set tabung oksigen. Pihaknya beralasan HET oksigen diatur oleh Kementerian Kesehatan seperti halnya alat kesehatan dan obat-obatan.
"Untuk O2 (oksigen) dari sisi Kemendag HET maupun distribusinya tidak diatur. Karena bukan merupakan bapokting (bahan kebutuhan pokok dan penting). O2 sebenarnya kewenangan kementrian kesehatan karena itu medis seperti halnya alkes dan obat," jelas Budi.
Geger satu set tabung oksigen dijual Rp 6,8 juta ini jadi perhatian polisi dan kejaksaan. Sejumlah saksi dimintai keterangan di antaranya pihak apotek.
Tak hanya polisi dan kejaksaan, Wakil Ketua Komisi II DPRD Pekalongan yang membidangi perekonomian, Candra Saputra berharap aparat mengusut keberadaan mafia di balik mahalnya oksigen ini.
"Kenyataanya di lapangan harga tinggi. Coba di cek tempat lain (toko/apotik penyedia), kalau harga sama tinggi, berarti ada yang harus dicari masalahnya, sumbernya kenapa harga begitu tinggi, usut mafianya," Kata Candra Saputra.
Selengkapnya pernyataan Bupati Pekalongan hingga Kabid Humas Polda Jateng di halaman berikutnya..
Simak juga 'Waspada! Modus Tabung Oksigen Palsu, Polisi Minta Masyarakat Lapor':
Hal senada juga disampaikan Bupati Pekalongan Fadia Arafiq yang menyebut harga Rp 6,8 juta itu tidak masuk akal. Pihaknya pun meminta Dinkes Pekalongan untuk turun tangan memantau harga eceran di daerahnya.
"Saya minta pada khususnya kepala dinas kesehatan untuk menghimbau semua yang nanti pasang harganya tinggi, yang tidak masuk akal, kita bisa tindak tegas. Harga sebenarnya sudah ada standarnya mengikuti dari pusat," kata Fadia Arafiq.
Di sisi lain, Kapolres Pekalongan AKBP Darno menyebut mahalnya harga satu set oksigen satu kubik itu wajar. Sebab, menurutnya tidak ada HET yang ditentukan dari pusat. Namun, dia mengaku sudah memeriksa pihak apotek maupun dari distributor.
"Kalau kita melihat dari struk ataupun jumlah nominal yang ada, itu merupakan hal yang wajar. Karena HET (Harga Eceran Tertinggi), tidak diatur itu. Kalau HET-nya diatur baru bisa ketemu itunya (pelanggarannya). HETnya tidak ada?" terang AKBP Darno.
Terpisah, Kabid Humas Polda Jateng Kombes Iqbal Alqudusy menyebut pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kasus ini. Pihaknya menegaskan bakal menindak tegas para pedagang nakal.
"Kami masih melakukan penyelidikan, jika memang ditemukan ada yang menjual oksigen dengan harga tinggi akan kami tindak," kata Iqbal saat ditemui di sela vaksinasi di UIN Raden Mas Said, Solo, kemarin.
Iqbal menjelaskan, Polres Pekalongan telah mengecek ke penjual satu set oksigen Rp 6,8 juta itu yakni di Apotek Gema Farma. Pihak apotek disebut menyampaikan rincian harga.
Rinciannya, kata Iqbal, yakni satu unit oksigen dengan harga Rp 4,5 juta dan satu unit regulator harga Rp 2,1 juta. Harga satu set itu, kemudian di apotek dijual Rp 6,8 juta.
"Jadi harga itu dari distributor di Jakarta, kemudian masuk ke agen, dan pindah ke agen lagi baru ke apotek. Selisihnya Rp 200 ribu," ucapnya.