Tim pemakaman TRC BPBD Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), memakamkan 243 jenazah dengan protokol COVID-19 sepanjang bulan Juni 2019 ini. Sebanyak 41 kematian di antaranya terjadi saat pasien menjalani isolasi mandiri.
Koordinator Posko Dekontaminasi COVID-19 Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Vincentius Lilik Resmiyanto, menjelaskan 41 orang pasien yang meninggal dunia saat isolasi mandiri merupakan pasien terkonfirmasi positif dan kontak erat kasus positif.
"Selama bulan Juni ini ada 39 pasien isolasi mandiri yang meninggal, itu baru sampai kemarin tanggal 29 Juni. Ini tadi sudah tambah 2, jadi 41 pasien isolasi mandiri yang meninggal," kata Lilik saat jumpa pers secara daring, Rabu (30/6/2021).
"Kebanyakan itu (pasien) positif dan kontak erat," lanjutnya.
Lilik menjelaskan, mereka yang meninggal saat isolasi mandiri rata-rata telah berusia lanjut dan memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Berdasarkan keterangan keluarga, lanjut Lilik, penyebab kematian pasien isolasi mandiri karena menurunnya saturasi oksigen. Sementara pihak keluarga tidak bisa memiliki tabung oksigen.
"Untuk yang meninggal di rumah, karena kebanyakan tidak punya oksigen. Kebanyakan saturasi oksigen 80 persen," sebutnya.
Lilik mengungkapkan, lonjakan pemakaman dengan protokol COVID-19 di Sleman mulai terasa pada 15 Juni lalu. Menurutnya, kondisi rumah sakit yang penuh jadi salah satu faktor penyumbang kasus kematian.
"Sepanjang Juni 2021 ini saja sampai tanggal 29 sudah ada 225 kali kegiatan pemakaman jenazah dengan protokol COVID-19. Ini baru dapat info sampai pukul 14.00 WIB hari ini ada tambahan 18," ungkapnya.
Jika dibandingkan bulan sebelumnya, ada peningkatan yang signifikan. Pada April ada 83 pemakaman dengan protokol COVID-19 sementara Mei lalu hanya 86 pemakaman.
"Jadi ada peningkatan 100 persen lebih untuk pemakaman (dengan protokol COVID-19)," ujarnya.
Tim pemakaman TRC BPBD Sleman, kata Lilik, juga sempat kewalahan untuk mengatur proses pemakaman dan pemulasaraan jenazah. Bahkan beberapa waktu lalu call center pemakaman jenazah di Sleman sempat berhenti sementara karena banyaknya permintaan yang masuk.
"Untuk bulan Juni mulai pertengahan melonjak kasusnya, karena banyak rumah sakit penuh dan yang isoman terutama lansia banyak yang meninggal. April Mei rata-rata sehari kadang 7 paling banyak 9 kali pemakaman," sebutnya.
"Call center (penanganan) jenazah memang kemarin juga sudah banyak yang telepon dari permintaan keluarga, jadinya kami minta sabar," pungkasnya.
(rih/rih)