Sebanyak 30 orang yang positif virus Corona atau COVID-19 warga kampung satu kelurahan dengan rumah Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Solo masih menjalani isolasi atau karantina di Asrama Haji Donohudan, Boyolali. Sementara sebanyak enam warga lainnya sudah dinyatakan negatif Corona dan diperbolehkan pulang.
"Yang masih menjalani karantina di Donohudan ada 30 orang. Enam orang sudah balik, empat diisolasi di RS dan satu anak dikarantina di rumah, tapi sudah sembuh," kata Sekretaris Kelurahan Sumber, Winarno, saat ditemui di Kelurahan Sumber, Rabu (20/5/2021).
Winarno menjelaskan, keenam warga yang sudah pulang dari isolasi tersebut termasuk terkena virus Corona saat awal mencuatnya klaster Corona dampak kegiatan buka bersama di Sumber. Meski sudah pulang, mereka harus menjalani karantina mandiri mengingat wilayah kampungnya masuk kawasan zona merah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keenam warga sudah negatif dan sudah pulang, tapi karena wilayahnya di isolasi otomatis warga tersebut tetap harus isolasi mandiri seperti yang lain," ujar Winarno
"Ada empat warga yang menjalani isolasi di rumah sakit karena ada penyakit penyerta atau komorbid. Dan satu anak karantina di rumah, tetapi sudah sembuh dan kondisinya semakin membaik," tuturnya.
Terkait dengan hasil tes swab PCR yang dilakukan terhadap 71 warga di RT 06 dan RT 05, Winarno menyampaikan sampai saat ini belum diketahui.
"Kemungkinan kalau nggak dua ya tiga hari hasilnya keluar," ucapnya. Winarno juga mengatakan untuk segala kebutuhan warga selama karantina sudah tercukupi.
Petugas terus melakukan distribusi sembako untuk mencukupi kebutuhan warganya.
Untuk diketahui, klaster Corona dampak buka bersama menyebabkan 41 warga di kampung Jokowi di Sumber, Banjarsari, Solo, harus dikarantina. Mayoritas warga menjalani isolasi di Asrama Haji Donohudan, Boyolali. Pemkot Solo selanjutnya melakukan tracing dan swab PCR terhadap 71 warga untuk memastikan kondisinya.
Sementara itu, lockdown yang diterapkan di kampung Jokowi tersebut membuat aktivitas warga sangat terbatas. Terlebih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan dengan leluasa seperti sebelumnya.
Penjagaan di setiap akses pintu masuk kampung dijaga ketat oleh petugas gabungan untuk mengantisipasi adanya warga yang ada di wilayah isolasi keluar dan melakukan aktivitas di luar wilayah.
Meski semua kebutuhan warga sudah dijamin terpenuhi oleh pemerintah, tetapi ada juga warga yang membutuhkan keperluan lain yang tidak mungkin dipenuhi oleh petugas. Seperti menu makanan favorit atau kebutuhan sehari-hari lainnya. Untuk mencukupi kebutuhan tersebut, warga biasanya memanfaatkan aplikasi ojek online.
Tetapi, pesanan tersebut tidak bisa diantar karena adanya penyekatan. Dalam situasi ini, Satgas Jogo Tonggo membantu mengantarkan pesanan warga dari pos penyekatan hingga rumah.
Salah satu anggota Satgas Jogo Tonggo, Panut (40), mengatakan sudah melayani warga sejak beberapa hari yang lalu, tepatnya sejak kampung tersebut ditutup total. Ia bersama petugas lain silih berganti mengantarkan setiap pesanan warga dari pos penyekatan.
"Biasanya kalau pesan hanya sampai ke posko, warga yang memesan akan menghubungi saya agar mengambilkan pesanannya. Ini gratis tidak ada bayaran," ungkapnya.
(rih/mbr)