Tsunami Setinggi 18 Meter Pernah Menyapu Nusakambangan

Tsunami Setinggi 18 Meter Pernah Menyapu Nusakambangan

Arbi Anugrah - detikNews
Rabu, 28 Apr 2021 15:32 WIB
Kepala BNPB Letjen Doni Monardo menanam pohon di pesisir selatan Cilacap, Rabu (28/4/2021).
Kepala BNPB Letjen Doni Monardo menanam pohon di pesisir selatan Cilacap, Rabu (28/4/2021). (Foto: Arbi Anugrah/detikcom)
Cilacap -

Gempa berkekuatan 6,8 Skala Richter di lepas Pantai Pangandaran, Jawa Barat dan menimbulkan tsunami di pada tahun 2006 silam meninggalkan sejumlah jejaknya di pantai selatan Cilacap Jawa Tengah. Jejak musibah tsunami itu juga disebut ada di Pulau Nusakambangan yang menjadi benteng alam saat tsunami melanda.

"Kami mendapatkan beberapa kondisi yang mungkin luar biasa. Di Nusakambangan sebagai benteng alam ketika tsunami datang dari arah barat, kami mengamati dan kami melihat bekas jejak tsunami itu merusak kondisi pesisir di mana patahan di pohon, jejak sampah bekas tsunami itu kami temukan sampai di ketinggian 18,6 meter di Nusakambangan," ujar Direktur Pemetaan dan Evakuasi Risiko Bencana BNPB, Dr Abdul Muhari, kepada wartawan.

Hal ini disampaikan Abdul Muhari di sela acara penanaman pohon di pesisir pantai selatan Cilacap dalam Peringatan Hari Kesiapsiagaan Bencana (HKB) Nasional 2021, Rabu (28/4/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan timnya kemudian dari Nusakambangan kembali bergerak ke Cilacap hingga perbatasan Kebumen. Di pantai Cemara Sewu, Desa Bunton, timnya juga menemukan jejak tsunami yang saat itu menewaskan 165 orang.

"Kami nyeberang ke Cilacap dan berjalan sampai batas Kebumen selama tiga hari. Dan di sini kami mendapati jejak tsunami rata-rata dari 3-5 meter," ucapnya.

ADVERTISEMENT

Berkaca dari sejarah tersebut, dia menilai pentingnya keberadaan vegetasi di pesisir pantai sebagai benteng alam. Dia memberi contoh upaya Jepang menghadang tsunami di antaranya dengan menanam vegetasi sejak tahun 1611.

"Di Jepang selain melakukan mitigasi secara struktural, mereka juga menanam vegetasi sejak tahun 1611 sepanjang pesisir pantai Jepang, dari 1611 bisa sampai 10-20 generasi. Dan mampu menahan lebih dari 13 tsunami dari 1611-2011 atau selama 400 tahun," lanjut dia.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala BNPB Letjen Doni Monardo juga bicara soal sejarah bencana tsunami yang pernah menerjang pesisir selatan Cilacap pada tahun 1921.

"Ternyata tahun 1921 juga pernah terjadi gempa dan tsunami di wilayah Cilacap ini. Artinya apa, gempa dan tsunami adalah peristiwa yang berulang, kemungkinan pada periode puluhan atau ratusan (tahun) yang akan datang peristiwa itu akan terulang kembali," urai dia.

Dia menilai pemilihan mitigasi berbasis vegetasi merupakan salah satu upaya BNPB untuk menghadapi bencana tsunami. Selain mencegah tsunami, vegetasi juga bisa melindungi pesisir pantai dari abrasi.

"Terutama pantai-pantai yang punya risiko terjadinya gempa dan tsunami, khususnya di pantai barat sepanjang pulau Sumatera dan Selatan Pulau Jawa serta beberapa wilayah lainnya di Sulawesi dan juga Maluku, Maluku Utara dan Papua bagian Utara," kata dia.

Dia menjelaskan jenis vegetasi yang dipilih, adalah jenis vegetasi yang tepat untuk pesisir pantai, di antaranya adalah pohon cemara udang, ketapang laut, kemudian pule, palaka, buton. Ada juga beberapa jenis tanaman yang memang mampu bertahan untuk jangka waktu yang sangat lama, bahkan usianya bisa mencapai ratusan tahun.

"Seperti pohon pule yang pernah saya temukan adalah pohon pule yang terbesar yang pernah saya lihat itu di Lantamal Ambon, tingginya lebih dari 30 meter dan garis tengahnya itu lebih dari 3 meter. Artinya usia pohon itu sudah mencapai lebih dari 400 tahun. Kemudian pohon palaka yang saya bibitkan di Pulau Seram, itu saya temukan pohonnya itu ada di kota Ambon juga, tepatnya di desa atau negeri Pitu Lama," urai Doni.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Pohon palaka, kata Doni mempunyai usia yang sangat lama, bahkan ratusan tahun dan akarnya sangat kuat.

"Jadi kalau kita membangun sebuah vegetasi disepanjang pesisir pantai, artinya memberikan perlindungan kepada generasi yang akan datang," ujarnya.

Kemudian, dia mengungkapkan ada satu lagi jenis pohon lagi yakni pohon Laban, yang sudah banyak ditebang di beberapa daerah. Padahal pohon ini mampu melindungi kawasan pesisir pantai dari abrasi. Doni menyampaikan dalam acara ini mereka menanam 3.313 batang pohon.

"Kita masih membutuhkan jutaan pohon lagi untuk ditanam disepanjang pantai kita, terutama untuk menghadapi potensial abrasi dan tsunami pada puluhan bahkan ribuan tahun yang akan datang," jelasnya.

Halaman 2 dari 2
(sip/mbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads