Jumlah pengemis di Kota Solo, Jawa Tengah, meningkat setiap memasuki bulan Ramadhan. Banyak warga dari luar kota yang datang ke Solo untuk menjadi pengemis dan mangkal di titik-titik tertentu seperti di lampu merah atau di masjid-masjid.
"Ini menjadi fenomena yang rutin terjadi setiap tahun, terutama saat Ramadhan," kata Kepala Satpol PP Kota Solo Arif Darmawan kepada detikcom, Selasa (27/4/2021).
Arif menyebutkan, memasuki Ramadhan ini jumlah warga yang jadi pengemis di Kota solo meningkat hingga 100 persen lebih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kemarin yang berhasil kami jaring saat razia PGOT (pengemis, gelandangan dan orang terlantar) itu sebanyak 50 orang dan sudah kami pulangkan sesuai alamatnya masing-masing. Sempat juga sampai 70 orang," tutur Arif.
Para pengemis tersebut tidak hanya berasal dari Kota Solo dan sekitarnya. Tetapi, banyak yang justru berasal dari luar kota dan sengaja datang ke Solo untuk menjadi peminta-minta.
"Kemarin yang kita pulangkan itu ada yang dari DKI Jakarta, Jawa Timur dan juga ada yang dari Jawa Barat. Dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan yang merupakan warga Solo," urainya.
Arif menyampaikan, keberadaan pengemis ini memanfaatkan banyaknya masyarakat yang bersedekah di bulan Ramadhan. Hal ini yang membuat banyak warga luar yang nekat datang ke Solo hanya untuk meminta-minta.
"Di bulan ini menjadi momen memberi sedekah, kami imbau agar yang memberi sedekah ke lembaga yang resmi. Sehingga sedekah bisa sesuai dengan orang yang layak mendapatkannya," ungkapnya.
Adanya peningkatan ini, kata Arif, pihaknya akan melakukan razia PGOT rutin setiap harinya. Dengan begitu, keberadaan pengemis di Kota Solo tidak semakin banyak karena bisa mengganggu kenyamanan masyarakat.
"Mengemis yang menjadi profesi ini merupakan perilaku yang menyimpang," tutur Arif.
(rih/sip)