Masjid tertua di Kota Solo, Jawa Tengah, ternyata tak cuma Masjid Agung. Ada pula Masjid Laweyan yang usianya disebut jauh lebih tua dibandingkan Masjid Agung, Solo, dan konon dulunya merupakan sebuah pura. Bagaimana kisahnya?
Masjid Laweyan ini terletak di Jalan Liris no 1, Pajang Laweyan, Solo. Masjid ini dibangun pada abad ke-15, tepatnya pada 1546.
Takmir Masjid Laweyan Solo, Rofik (47), menceritakan mulanya bangunan masjid di depan Sungai Jenes ini merupakan sebuah pura. Dulunya di daerah Belukan (tempat Masjid Laweyan) ada seorang lurah yang bernama Ki Ageng Beluk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ki Ageng Beluk ini dulunya beragama Hindu dan tempat ibadahnya ada di pura yang saat ini menjadi masjid," kata Rofik saat ditemui detikcom, Senin (26/4/2021).
Kemudian, kata Rofik, datanglah Ki Ageng Henis ke wilayah tersebut untuk menyebarkan ajaran Islam. Ki Ageng Henis ini konon diutus oleh Raden Patah dari Kerajaan Demak.
"Dia diminta untuk melakukan syiar atau menyebarkan agama Islam ke sini (daerah Laweyan)," tutur Rofik.
Dari situlah Ki Ageng Henis bertemu dengan Ki Ageng Beluk. Lambat laun Ki Ageng Beluk pun tertarik dengan ajaran Islam yang disebarkan oleh Ki Ageng Henis.
"Selanjutnya Ki Ageng Beluk ini memeluk Islam dan mewakafkan pura untuk dijadikan sebagai tempat ibadah umat Islam," tuturnya.
Pura itu pun tak serta-merta dipugar menjadi masjid. Rofik menyebut bagian pura dirombak menjadi musala terlebih dahulu untuk digunakan beribadah.
"Baru kemudian oleh Raja Keraton Kasunanan Surakarta Paku Buwono X dibangunlah masjid sampai sekarang," ucapnya.
![]() |
Meski sudah berusia lebih dari seabad, bangunan masjid yang berlokasi di Belukan RT 1 RW 4, Pajang, Laweyan, itu tak banyak berubah. Sisa-sisa bentuk pura juga masih terlihat di beberapa bagian masjid.
"Kalau renovasi paling untuk yang bagian depan dan tempat wudu saja. Kalau kondisi aslinya masih sama, termasuk untuk tiang-tiang penyangganya juga masih lama," ujarnya.
Rofik menambahkan, sampai akhir hayatnya Ki Ageng Henis tinggal di kawasan Laweyan. Makamnya pun berada di kompleks masjid yakni di bagian belakang.
"Ki Ageng Henis dimakamkan di belakang masjid bersama dengan keluarga kerajaan. Menjelang Ramadhan banyak peziarah yang datang," kata Rofik.
(ams/rih)