Sejarah Masjid-Gereja Berhadapan di Jepara, Dikelola Kakak Beradik

Sejarah Masjid-Gereja Berhadapan di Jepara, Dikelola Kakak Beradik

Dian Utoro Aji - detikNews
Sabtu, 17 Apr 2021 14:07 WIB
Masjid dan gereja di berdampingan di Desa Tempur, Keling, Jepara
Masjid dan gereja di berdampingan di Desa Tempur, Keling, Jepara. (Foto: Dian Utoro Aji/detikcom)
Jepara -

Sebuah masjid dan gereja saling berhadapan di Jepara, Jawa Tengah. Keduanya pun menjadi saksi bisu keharmonisan umat muslim dan kristiani di Jepara.

Masjid dan gereja tersebut berada di Desa Tempur Kecamatan Keling. Masjid itu bernama Nurul Hikmah dan Gereja Injili Tanah Jawa.

Untuk sampai di lokasi cukup jauh dari pusat kota Jepara. Jaraknya sekitar 50 kilometer atau sekitar 1 jam 32 menit. Belum lagi lokasi dari Kecamatan Keling menuju Desa Tempur cukup ekstrem dan menikung. Sebab letak Desa Tempur berada di lereng Gunung Muria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Meski cukup ekstrim namun keindahan alam masih alami. Ditambah suasana pedesaan, menjadi daya tarik sendiri untuk datang ke Desa Tempur. Masjid dan gereja tersebut berada di Dukuh Pekoso Desa Tempur.

Pendeta gereja Injili Tanah Jawa Desa Tempur, Suwadi mengatakan kedua tempat ibadah tersebut dibangun terlebih dahulu gereja daripada bangunan masjid. Bangunan gereja didirikan sejak tahun 1988.

ADVERTISEMENT

Suwadi mengatakan dulu sebelum ada gereja masyarakat kristiani menjalankan ibadah di rumah. Hingga akhir warga bergotong-royong mendirikan gereja di Desa Tempur. "Terus lama-lama ada renovasi gereja sampai sekarang itu. Dulunya di rumah tahun 1986," ungkapnya.

Sedangkan pembangunan masjid baru tahun 2003. Pengurus masjid tersebut adalah kakak kandung Suwadi bernama, Giran Hadi Sunaryo.

"Lokasi memang gereja dan masjid, yang masjid itu kan kakak saya. Masjid kakak saya, gereja adik, saya sendiri. Saudara kandung. Gereja yang dulu, tahun 2003 masjid nyusul," ungkap Suwadi.


Suwadi mengatakan selama ini meski lokasi bersebelahan justru rasa toleransi masyarakat cukup tinggi. Kedua umat islam dan kristiani bahkan saling bantu membantu.

"Masalah toleransi orang sini sangat bagus sampai sekarang. Andai kata gereja ada renovasi, umat muslim ya ikut bergotong-royong, ya tenaga ya nyumbang semen. Ya nanti kalau masjid bangun begitu juga, umat kristiani ya ikut andil masalah pembangunan juga," kata Suwadi.

Selanjutnya: Saling menyediakan tempat jika jemaah meluber saat hari raya

Tonton juga Video: Curahan Hati Pedagang Takjil di Masjid Agung Sunda Kelapa Jakpus

[Gambas:Video 20detik]



Tidak hanya itu, saat perayaan hari besar pun kedua umat tersebut saling menghormati. Suwadi mencontohkan saat perayaan hari raya idul fitri, serambi masjid penuh sehingga pihak gereja menyediakan tempat.

"Kalau ada hari besar, misalnya saat Natal, gereja tidak muat, ya di serambi masjid. Kalau masjid ada lebaran, bisa di gereja," ucapnya.

Pengurus Masjid Nurul Hikmah, Abu Abdillah mengatakan kedua umat muslim dan kristiani di Desa Tempur saling bertoleransi. Menurutnya tidak pernah ada konflik meski lokasi masjid dan gereja bersebelahan.

"Ya di antaranya dua tempat ibadah ini ya saling toleransi, saling tolong menolong. Bantu membantu. Ya rukun-rukun saja, tidak saling berpendapat lain, kalau ada kerja bakti. Misalkan masjid membangun, dari orang kristiani membantu tenaga, tapi sebaliknya kalau gereja membangun, dari umat islam juga saling membantu. Saling kerja samalah," kata Abu.

Abu menceritakan pernah suatu ketika perayaan besar umat islam dan kristiani bersamaan. Keduanya pun saling menghormati saat perayaan hari besar.

"Pernah hari raya dan Natal hampir sama. Itu di antara orang Islam bisa menjaga diri jangan sampai menganggu, kristiani juga jangan menganggu agama lain. Saling menghormati," ucapnya.

Kades Tempur, Mariyono menuturkan Desa Tempur termasuk desa yang memiliki rasa toleransi tinggi. Di desa tersebut mayoritas beragama Islam. Meskipun perbedaan keyakinan namun bisa hidup secara berdampingan.

"Tempur termasuk desa toleransi sangat tinggi, karena di wilayah presentasi 98 persen adalah Islam. Dan sisanya Kristen," terang dia.

Menurutnya di Desa Tempur terdapat 3.575 jiwa dan ada enam dukuh. Masyarakat secara administrasi beragama Islam dan Kristen. Menurutnya selama ini tidak ada konflik di lingkungan masyarakat.

"Secara administrasi di kependudukan hanya dua, Islam dan Kristen. Di tempur ada enam dukuh. Jumlah jiwa saat ini 3.575 jiwa. Untuk sampai saat ini itu konflik tidak ada dengan latar belakang agama. Itu terbukti kami hidup berdampingan," pungkasnya.

Halaman 2 dari 2
(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads