Keluarga di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah harus bertahan di rumah yang sebagian besar bagiannya rusak. Keluarga ini sehari-hari tinggal di ruang tamu karena atap di ruang lain rumahnya menganga.
Keluarga itu adalah pasangan suami-istri Kasmadi (52), dan Umiyati (35) warga Desa Gondangmanis, Kecamatan Bae. Mereka tinggal bersama dua anaknya, yang masih duduk SMP dan sekolah dasar.
Pantauan di lokasi, Kamis (15/4), atap rumah yang mereka tinggali sudah ada yang ambrol. Empat ruangan pun tidak bisa digunakan karena sudah tidak ada gentengnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya itu, ruang belakang rumah tersebut pun harus disangga dengan bambu. Tampak atap rumah tersebut juga terpasang atap plastik.
Mereka pun terpaksa menggunakan ruang tamu untuk tempat tidur. Di ruang tamu itu terlihat ada lemari dan dua tempat tidur. Sedangkan ruang dapur hanya menggunakan atap seng seadanya.
![]() |
Umiyati mengatakan suaminya merupakan pekerja bangunan yang memiliki penghasilan pas-pasan.
"Per bulan ya sekitar Rp 1 jutaan, ya dicukup-cukupkan. Kadang kurang. Suami juga tidak pasti kerja. Nabung tapi kan kebutuhan banyak," ujar Umiyati saat ditemui wartawan di lokasi, Kamis (15/4/2021).
Menurutnya kondisi rumah warisan keluarganya itu sudah rusak sejak pertama kali mereka tinggali pada tahun 2009 silam. Semakin berjalannya waktu, kerusakan semakin parah dan mereka tak punya biaya untuk memperbaikinya.
Sejumlah ruang di rumahnya pun tidak bisa digunakan. Saat hujan tidak jarang air masuk ke rumah.
![]() |
"Kalau hujan ya air masuk. Itu sekarang kosong, tidak pernah ditempati. Tidurnya di ruang tamu. Ada empat orang, saya suami, dua anak," jelasnya.
Umiyati mengaku selama ini belum mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. Padahal kedua anaknya saat ini tengah duduk sekolah, anak pertama duduk di kelas 7 SMP dan anak kedua duduk kelas 2 SD.
"Belum pernah dapat bantuan, belum pernah. Kemarin bantuan KIS (kartu Indonesia Sehat), kalau kayak PKH (Program Keluarga Harapan) semua belum pernah. Kemarin pandemi bantuan sembako. Saya tidak pernah dapat bantuan," kata Umiyati.
"Harapannya tolong dibantu kalau bisa, karena belum mampu," harapnya.
Kata Kepala Desa Gondangmanis terkait nasib keluarga tersebut...
Diwawancara terpisah, Kepala Desa Gondangmanis Susanto mengatakan pemerintah desa nanti akan berkoordinasi dengan pihak terkait terkait kondisi keluarga tersebut. Dia berharap keluarga tersebut dapat tinggal di rumah yang layak.
"Kita pemerintah desa berupaya koordinasi sama Baznas untuk verifikasi ke lapangan. Semoga saja nanti bisa membantu untuk material. Yang kedua kerja sama lingkungan RT/RW dari situ kita terbuka, mungkin ada membantu semen dan sebagainya," ungkap Susanto kepada wartawan ditemui di kantor Desa Gondangmanis, siang ini.
Menurutnya keluarga tersebut belum masuk pada data terpadu kesejahteraan sosial. Sehingga mereka belum menerima bantuan dari pemerintah.
"Jadi syarat untuk masuk PKH, itu harus masuk data, Pak Kasmadi ini belum masuk di data DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial)," kata Susanto.
Susanto mengatakan keluarga itu pernah masuk dalam data perbaikan DTKS. Namun, prosesnya mandeg karena keluarga itu tidak memberi persyaratan yang diminta oleh pihak desa.
"Alasannya dulu dimintai KTP tidak memberikan, jadi telah berupaya kadus teman-teman supaya ada pendekatan," pungkas dia.