.webp)
Mulai hari ini uji coba sekolah tatap muka di Jawa Tengah dilaksanakan di sejumlah sekolah. Siswa pun senang akhirnya bisa bertemu dengan rekan yang selama ini ditemui lewat daring.
Salah satu sekolah yang melakukan uji coba yaitu di SMKN 7 Semarang. Dari gerbang masuk, para siswa dicek suhu tubuhnya dan diminta untuk cuci tangan. Di sekolahan tersebut ada 8 jurusan dan masing-masing jurusan diujicoba oleh 13 siswa kelas X dalam satu kelas.
Maylaa Maulidya, siswa kelas X jurusan Teknik Tenaga Listrik, mengatakan sejak setahun diterima, dirinya baru beberapa kali bertemu teman sekolahnya secara langsung. Ia bertemu saat mengambil buku atau bahan praktik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ketemu teman-teman ini ya kurang dari 10 kali setahun ini. Semoga bisa seperti ini, lebih jelas, bisa tanya-tanya," kata Maylaa di depan kelasnya, Senin (5/4/2021).
Hal senada diungkapkan siswa jurusan Sistem Informasi Jaringan dan Aplikasi, Ivan Ardra. Ia mengaku baru akrab dengan beberapa orang teman sekelasnya dan saat bertemu yang lain justru canggung dan kenalan lagi ketika menjalani sekolah tatap muka.
"Sudah ada yang akrab, ada yang belum. Ya kenalan lagi. Agak canggung juga karena ketemunya juga belum terlalu sering," kata Ivan.
Meski para siswa ini cukup senang bertemu dengan rekan-rekannya, protokol kesehatan sangat dijaga di lingkungan sekolah. Selain jaga jarak, saat pulang, siswa keluar pun digilir pernah jurusan sehingga tidak berkerumun.
Kepala SMK N 7 Semarang, Samiran mengatakan hari pertama ini sudah sesuai dengan rencana. Ia menambahkan, seluruh persyaratan sudah dipenuhi termasuk izin dari orang tua. Namun ia tidak memungkiri ada 27 orang tua yang tidak memberikan izin.
"Dari 609 siswa (kelas X), hanya 27 (orang tua) tidak memberikan izin," kata Samiran.
 Sekolah tatap muka hari pertama di SMKN 7 Semarang (Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom) |
Untuk tahap pertama ini ada 104 siswa kelas X yang mengikuti uji coba sekolah tatap muka. Untuk memilih jumlah 104 siswa itu ada syarat mulai dari tidak ada penyakit komorbid, izin orang tua, berangkat dan pulang dijemput, dan mampu menjaga protokol kesehatan.
"Pembelajaran di kelas adalah pembelajaran praktik," ujarnya.
Sementara itu di sekolah lain di Kota Semarang yaitu SMPN 5 Semarang, protokol kesehatan diterapkan ketat termasuk dengan meja bersekat yang sudah diberi nomor absen sehingga siswa sudah tahu di mana harus duduk. Kapasitas kelas hanya 50 persen dari biasanya.
Simak juga 'Bagaimana Teknis Pelaksanaan Sekolah Tatap Muka Terbatas?':
