Kisah Pilu Bocah 9 Tahun Pengidap Hidrosefalus di Banjarnegara

ADVERTISEMENT

Kisah Pilu Bocah 9 Tahun Pengidap Hidrosefalus di Banjarnegara

Uje Hartono - detikNews
Selasa, 30 Mar 2021 18:26 WIB
Dwi Arianto saat bersama ibundanya Ati Manisem, Banjarnegara, Selasa (30/3/2021).
Dwi Arianto saat bersama ibundanya Ati Manisem, Banjarnegara, Selasa (30/3/2021). Foto: Uje Hartono/detikcom
Banjarnegara -

Seorang bocah 9 tahun di Banjarnegara, Jawa Tengah, tampak terbaring lemas di rumahnya. Bocah bernama Dwi Arianto itu mengidap hidrosefalus sejak masih bayi berusia dua bulan.

Bocah berusia 9 tahun itu tinggal bersama ibu, kakak, dan omnya. Di rumah sederhana tak berplester itu, Dwi hanya bisa terbaring tak berdaya, sesekali sang ibu Ati Mansiem memijat tubuh anak keduanya itu.

"Setiap harinya hanya berbaring di kamar. Tetapi kalau pagi saya bawa keluar untuk dijemur," tutur ibunda Dwi Arianto, Ati Manisem, saat ditemui di rumahnya, Desa Kebondalem, Kecamatan Bawang, Banjarnegara, Selasa (30/3/2021).

Ati mengatakan Dwi lahir normal. Namun, saat memasuki usia dua bulan kepala Dwi mulai membesar.

"Saat dua bulan kepalanya terlihat mulai membesar. Kemudian saya bawa ke rumah sakit, tapi ini kondisinya masih seperti ini," terangnya.

Ati yang membesarkan kedua buah hatinya seorang diri itu tak putus asa mencari pengobatan untuk Dwi. Meski suaminya pergi tanpa kabar, Ati tetap mengusahakan perawatan di rumah sakit untuk Dwi.

"Kemarin 12 hari sempat dirawat di rumah sakit, tetapi kondisinya melemah. Berat badan juga turun dari 6,5 kilogram turun. Makanya saya bawa pulang," katanya.

Ati menyebut kadang kala Dwi berkomunikasi dengan cara menangis saat lapar. Untuk makan Dwi, Ati biasa menyiapkan bubur, susu, dan buah yang sudah disaring.

"Kalau makan sama bubur, bubur beras merah dan diselingi bubur yang lainnya. Selain itu susu kental manis dan buah yang sudah dilembutkan dan disaring," ujarnya.

Sehari-hari Ati mencari nafkah dengan membuka warung kopi. Biasanya, dari warung kopi bisa mendapatkan uang antara Rp 25 ribu sampai Rp 50 ribu setiap harinya.

"Kalau hasilnya tidak mesti. Kadang Rp 25 ribu, kadang kalau ramai Rp 50 ribu. Tetapi sudah 4 bulan ini sudah tidak jualan lagi. Dulu saya jualan sama ibu saya, tetapi sekarang ibu saya sudah meninggal dunia," ujarnya.

Ati menyebut suaminya pergi meninggalkan rumah sejak 6 bulan yang lalu. Dia pun mengaku tak tahu keberadaan suaminya itu.

"Suami saya sudah pergi meninggalkan rumah. Tidak tahu pergi ke mana. Kurang lebih sekitar 6 bulan lalu," ucapnya.

Selengkapnya kata dokter RSI Banjarnegara soal kondisi Dwi..

Simak juga 'Dok.: Balita Cantik Penderita Hidrosefalus di Sumedang':

[Gambas:Video 20detik]





ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT