Gedung Wanita Ngasirah, Kudus, Jawa Tengah, tinggal kenangan. Kini lokasi gedung yang cukup dikenal masyarakat di Kota Kretek itu dipenuhi rerumputan dan tidak terurus. Lalu bagaimana cerita di balik Gedung Wanita Ngasirah tersebut?
Gedung Wanita Ngasirah terletak di Jalan Sudirman, Desa Rendeng, Kecamatan Kota. Lokasinya tidak jauh dari pusat kota Kudus atau berjarak sekitar 2,5 kilometer.
Saat di lokasi kondisi bekas Gedung Wanita Ngasirah tinggal gapura pintu masuk saja. Gapura bekas gedung tersebut masih terlihat berbentuk persegi. Tampak juga bagian gedung itu ditutup dengan seng berwarna hijau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sekitar pintu masuk terdapat tulisan milik tanah bekas gedung wanita itu. Tulisan itu pun sudah tampak berkarat. Di tulisan itu yang masih tersisa hanya tulisan 'Tanah Milik', logo pemkab, dan tulisan 'Pemerintah Kabupaten Kudus'.
Sedangkan di sisi dalam hanya tersisa hamparan tanah kosong yang ditumbuhi rumput. Terlihat juga ada warga yang sedang mencari rumput di bekas gedung wanita yang ada di Kudus tersebut.
Baca juga: Misteri Sebuah Makam di Tepi Jalan Klaten |
Salah satu warga sekitar, Ahmad Hartono (64), menuturkan bahwa Gedung Wanita Ngasirah cukup dikenal masyarakat Kudus. Terutama saat ada acara pertunjukan hingga ada acara pernikahan warga yang menyewa gedung tersebut.
"Tidak tahu persisnya, setahu saya untuk pesta pernikahan, sepertinya pernah ada pertunjukan untuk dulu ketoprak. Yang jelas saya ingat itu anak bos saya nikahan di sini tahun 1988," kata Hartono ditemui di lokasi, Sabtu (27/3/2021).
![]() |
Hartono pun menyayangkan jika bekas gedung wanita itu sekarang dibiarkan begitu saja. Dia berharap agar ke depan bekas gedung wanita itu bisa dibangun bangunan yang bermanfaat bagi masyarakat di Kudus.
"Harapannya semestinya bisa dimanfaatkan lagi untuk publik ya," harap Hartono.
Terpisah, pemerhati sejarah Kudus, Sancaka Dwi Supani, mengatakan Gedung Wanita Ngasirah memiliki cerita tersendiri bagi masyarakat Kudus. Menurutnya di kawasan sekitar kompleks eks Gedung Wanita Ngasirah dulunya merupakan tempat bersejarah. Sebab di kawasan itu dulunya merupakan markas Belanda.
"Zaman kolonial itu ditempati untuk markas Belanda di Pentol itu. Itu termasuk dulunya ada bangunan kuno kolonial Belanda. Masuk kantor kecamatan yang sekarang Deskranada itu. Di situ juga ada sekolah teknik pertama (ST) 1 Kudus. Sekarang dibuat ada kantor Mandiri (bank), lha pentol itu stasiun kecil seperti halte kereta api," terang Supani saat ditemui di kantornya, Jumat (26/3).
Supani yang merupakan sekretaris kecamatan (Sekcam) Kota Kudus menuturkan saat kemerdekaan di kawasan Gedung Wanita Ngasirah digunakan sebagai markas para tentara. Terutama untuk menjadi markas pembekalan dan angkutan angkatan darat milik Batalion 408 dan 409.
"Ketika setelah kemerdekaan dibuat untuk markas TNI, untuk mendukung perbekalan BBM angkatan darat di sana. Di belakangnya dipakai untuk Batalion 408. Markas tentara pindah ke Sragen," ucapnya.
Setelah para tentara pindah dan tidak ditempati, Pemkab Kudus pada tahun 1983 membuat inisiatif untuk membangun Gedung Wanita. Menurutnya dengan didirikan gedung wanita selain untuk meningkatkan peran wanita juga mengenang tempat bersejarah yang ada di Kudus.
"Lha untuk mengenang karena di kompleks itu lama tidak dipakai, akhirnya perlu ada gedung wanita dimaksud untuk meningkatkan peran wanita. Terus yang pas siapa, saat itu gedung wanita, di Semarang sudah ada nama gedung wanita, Tegal juga sudah ada. Kudus akhirnya membuat gedung wanita, gedung wanita diberikan nama Gedung Wanita Ngasirah. Ini dibangun sekitar tahun 1983 pada zaman Bupati Pak Suhartono. Lalu zaman Pak Sudarsono dirawat dengan baik," kata Supani.