Mas Asih pun mengingatkan dengan kondisi Merapi saat ini diperlukan mental yang kuat untuk bisa ikut prosesi Labuhan Merapi. Sebab, jarak Bangsal Sri Manganti, lokasi inti labuhan, dekat dengan puncak. Oleh karena itu, kemungkinan besar suara guguran akan terdengar dengan jelas.
"(Yang naik) Mental harus kuat. Mungkin nanti di atas akan terdengar guguran lava. Kalau sampai atas nanti jangan bingung, jangan takut. Itu ndag malah nanti mengganggu prosesi labuhan," ungkapnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Mas Asih berharap semua orang yang terlibat dalam labuhan ini diberikan keselamatan. "Saya berharap dalam labuhan kali ini semua masyarakat sadar kondisinya masih pandemi dan saat ini status Merapi juga masih Siaga. Mudah-mudahan labuhan kali ini lancar," harapnya.
Dalam sejarahnya, Labuhan Merapi digelar sebagai syarat penepatan janji antara Sultan Hamengku Buwono I kepada Eyang Sapu Jagad. Disebutkan bahwa dahulu ada perjanjian antara keduanya bahwa setiap tahun akan dihelat labuhan Merapi secara turun-temurun.
![]() |
Prosesi labuhan tahun ini termasuk labuhan alit. Sebab, tidak bertepatan dengan tahun Dal. Dari sekian banyak ubarampe, hanya kambil wacangan, ubarampe berupa pelana kuda yang tidak disertakan kali ini. Jenis ubarampe itu hanya disertakan saat labuhan ageng setiap delapan tahun sekali, di tahun Dal.
Sebelum erupsi gunung Merapi tahun 2010, labuhan digelar di pos II. Namun, akibat erupsi, jalur pendakian menuju pos tersebut rusak sehingga sulit dilalui. Sejak saat itu, lokasi labuhan dipindah ke Bangsal Sri Manganti yang berjarak sekitar 3 kilometer dari petilasan Mbah Marijan di Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan.
(mbr/mbr)